“ Rindu Sahabat Lama “
Kira-kira
sudah 5 tahun aku tidak membuka kotak ini. Hmm, lama juga ya. Tapi untung,
isinya masih bagus. Tidak ada kecoa ataupun kutu-kutu bandel yang menyerangnya.
Alhamdulillah.
Kotak itu
berisi sebuah diary.Aku pun terkesima, seketika pikiranku pun mulai menerawang.
Seperti menelusuri ruang waktu dan kembali ke masa lalu, anganku pun mulai
melayang jauh, sepertinya barusan badanku telah berbalik dan terbang mengikuti
alur pikiranku, sehingga khayalanku telah membawaku lagi ke masa itu.
Saat
lembaran demi lembaran diary tersebut berhasil ku telusuri sedikit demi
sedikit, aku makin membawa jiwaku terbang ke masa sekolah dulu. Aku sengaja
mencoba membacanya lebih pelan-pelan, demi meresapi kembali masa itu. Sedikit
pun rasanya tidak rela, jika harus kelewatan momen-momen berharga tersebut.
Latif, teman dekatku waktu SMP, Rasanya dia telah menjadi penghuni untaian
cerita hidup yang pernah ku tulis di diary ini.Latif bukan pacarku. Siapapun
yang berani mengatakan dia pacarku, pasti akan aku marahi. Bukan karena tidak
suka, bukan karena dia orang yang jahat. Tetapi karena dia Sahabatku. Walopun
aku tahu perasaannya. Tapi diapun tidak masalah dengan persahabatan kami. Karna
bagi aku dan latif bisa bersama sudah lebih cukup. Dan tak pernah terlintas di
fikiran ku sedikit pun untuk pacaran dengan Latif. Karena bagiku rasa sayang
tidak harus dengan pacaran. Tetapi akan jauh lebih indah jika rasa itu tetap
dibalut dengan kasih persahabatan.
Perlahan
rasa rindu pada sahabatku itu mulai bergelayut di hati dan pikiranku. Setelah
tamat dari SMP kita memang langsung pisah kota. Selama beberapa bulan, aku
masih ada kontak dengan Latif, setelah itu tidak pernah lagi. Sejak terakhir
kali dia memberi kabar kalau di daerahnya tersebut tidak bisa menggunakan kartu
yang sama.
Namun besar
harapanku, Latif masih akan menghubungiku. Tetapi, nyatanya tidak. Sejak itu
nomornya tidak aktif. Rumahnya juga sudah kosong, kabarnya orang tuanya telah
pindah juga. Aku tidak sempat menanyakan kontak yang bisa dihubungi disana.
Jadi Latif benar-benar seperti hilang di telan waktu. Hari-hari setelah
kejadian itu aku selalu berharap Latif akan menghunbungiku, dan pernah juga aku
berusaha mencarinya lewat jejaring social, tetapi hasilnya tetapi nihil. Hingga
perlahan aku pun mulai melupakannya seiring perjalanan masa, aku sudah sibuk
dengan dunia baruku, yaitu dengan masa-masa kuliah.
Dan kini,
aku sangat ingat kembali dengan Latif. Maksudnya kembali bukan ingin menjadi
pacar, tetapi bertemu kembali. Hehe..Tentu bisa dibayangkan begitu banyak
cerita indah, ataupun haru yang akan terjadi pada kita. Diary ini saja tidak
cukup untuk menceritakan semua yang pernah terjadi itu. Tetapi cukup lah,
setiap goresan yang ada di diary ini benar-benar cerita murni persahabatan aku
dengan Latif.
Bagaimanapun
aku merindukannya saat ini, apa dayaku. Aku hanya bisa mengulas wajah lamanya,
dan ku rasa sekarang Latif pasti sudah berubah. Tidak botak lagi. Hehe.. sudah
tumbuh rambut, mungkin saja sudah gondrong. Aku hanya bisa menebak-nebak dalam
angan-anganku.
Senyum
terakhirku saat menutup lembaran diary ini diiringi dengan butiran bening yang
tidak bisa kutahan lagi. Aku sengaja merebahkan badanku dan mencoba menikmati
rasa rindu ini, hingga aku pun terlelap dan tertidur. “Sahabat lamaku, semoga
suatu saat kita dipertemukan kembali” harapan terbesar, kusandarkan pada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar