PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA MELALUI KINERJA PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERINGKAT 10 BESAR CGPI
PERIODE 2001-2011
ALKY JATISANTOSOWIBOWO
Jl. Bromo Blok p/14 RT/RW 04/02 Komp. KODAU V Kel. Jatimekar Kec.
Jatiasih,
Bekasi. (alkyjatisantosowibowo@gmail.com)
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jl. KH. Noer Ali, Kalimalang, Bekasi.
ABSTRAK
Agensi teori
mengakibatkan hubungan yang asimetris antara pemilik dan
pengelola perusahaan.
Kecenderungan agent untuk mencari keuntungan sendiri dan
tingkat asimetri
informasi yang tinggi, menyebabkan agent memanipulasi kinerja yang
dilaporkan untuk
kepentingan mereka sendiri. Agent melakukan manipulasi data dalam
menyajikan informasi
akuntansi dengan melakukan manajemen laba (earnings
management) melalui
discretionary accrual. Tindakan manajemen laba yang dilakukan
oleh manajer dapat
diminimumkan melalui penerapan good corporate governance yang
terdiri dari empat
prinsip utama, yaitu kewajaran, transparansi, akuntabilitas dan
responsibilitas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Good
Corporate
Governance terhadap praktik manajemen laba melalui kinerja perusahaan.
Sampel yang digunakan
adalah perusahaan - perusahaan yang masuk dalam peringkat
10 besar Corporate
Governance Perception Index (CGPI) selama periode 2001-2011 .
Metode dalam
penelitian ini adalah structural equation modeling (SEM) dengan
bantuan program AMOS
18. Sementara untuk uji asumsi klasiknya menggunakan
program PSAW.
Penelitian ini menggunakan variable eksogen adalah CGPI yang
menggambarkan good
corporate governance, dan variable endogen adalah ROA, ROE,
leverage
ratio dan discretionary accruals model Jones. Berdasarkan pengujian
hipotesis
diketahui bahwa good
corporate governance mempunyai pengaruh yang positif
terhadap manajemen
laba melalui variable leverage ratio. Sedangkan variable lainnya
memberikan hasil yang
tidak signifikan.
2
ABSTRACT
Agency
theory resulting in an asymmetrical relationship between the owner and
manager
of the company. The tendency for agents to seek their own benefit and a high
degree
of information asymmetry, causing agents to manipulate reported performance
for
their own interests. Agents perform data manipulation in the present accounting
information
by doing management earnings through discretionary accrual. Measures of
earnings
management by managers can be minimized through the implementation of
good
corporate governance consists of four main principles, namely fairness,
transparency,
accountability and responsibility. The purpose of this study was to
determine
the effect of good corporate governance on earnings management practices
through
performance. The sample used is a company - a company that entered the top
10
Corporate Governance Perception Index (CGPI) during the period 2001-2011. The
method
in this study is structural equation modeling (SEM) with the help of AMOS 18
program.
As for classical assumption test using PSAW program. This study used
exogenous
variable is CGPI depicting good corporate governance, and the endogenous
variable
are ROA, ROE, leverage ratio and discretionary accruals model of Jones.
Based
on the hypothesis testing is known that good corporate governance has a
positive
influence
on earnings management through a variable leverage ratio. While the other
variables
were not significant results.
Keywords: GCG,
Earnings Management, ROA, ROE, Leverage Ratio
PENDAHULUAN
Pada tahun 1990-an
mulai terjadi perubahan besar – besaran dalam bidang sosial
politik dan ekonomi
baik di Eropa maupun di Asia. Perubahan era globalisasi terhadap
ekonomi global yang
terjadi di berbagai Negara berdampak pula pada Negara Indonesia.
Untuk itu pemahaman
terhadap visi dan misi perusahaan juga terhadap tata kelola yang
baik dari pemerintah,
perusahaan pemerintah maupun swasta mutlak dibutuhkan demi
kelangsungan usaha.
Tentunya kegiatan
terencana dan terprogram ini dapat tercapai dengan keberadaan
sistem tata kelola
perusahaan yang baik. Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang
3
baik ini menuntut
dibangunnya dan dijalankannya konsep dasar Good Corporate
Governance
(GCG) dalam proses manajerial perusahaan.
Penerapan Good
Corporate Governance didasarkan pada teori agensi. Menurut
Jensen dan Meckling
(1976) teori agensi menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul
ketika satu orang
atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa
dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent
tersebut. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal
lebih banyak mengenai
perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer
harus memberikan
informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi
yang disampaikan oleh
manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya karena
manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan
utilitasnya. Keadaan
yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat
memberikan kesempatan
kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba
(earning
management) (Richardson, 1998).
Tindakan manajemen
laba telah menimbulkan beberapa kasus pelanggaran
pelaporan akuntansi
dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World Com dan
mayoritas perusahaan
lain di Amerika Serikat (Cornett et.al, 2006). Selain itu, di
Indonesia juga
terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga
melibatkan pelaporan
keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi
(Gideon, 2005). Salah satu penyebab terjadinya kasus – kasus ini
adalah karena
lemahnya penerapan praktik Good Corporate Governance di Indonesia
(Andhika, 2010).
Good
Corporate Governance adalah sebuah konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, yang
diharapkan dapat berfungsi sebagai suatu alat untuk memberikan
keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang
telah mereka
investasikan. Good Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana
para investor yakin
bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak
akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang
tidak menguntungkan berkaitan dengan dana (capital) yang telah
ditanamkan oleh
investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol
para manajer
(Saputri, 2009).
4
Good
Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa
manajemen bertindak
yang terbaik untuk kepentingan stakeholders (Mintara, 2008).
Good
Corporate Governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan
sasaran-sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan
teknik monitoring
kinerja (Deni et.al, 2004). Good Corporate Governance dapat
diartikan sebagai
suatu susunan aturan yang menentukan hubungan yang tercipta antara
pemegang saham,
manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal
dan eksternal yang
lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (Forum for
Corporate
Governance in Indonesia, 2003).
Menurut Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2003) sebuah
organisasi
profesional non-pemerintah yang bertujuan mensosialisasikan praktik Good
Corporate
Governance, terdapat lima prinsip dasar dalam penerapan Good Corporate
Governance,
yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan
kewajaran. Prinsip
GCG yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat
(constrain)
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental
perusahaan (Chtourou et.al, 2001).
Menurut Putri N
(2010), secara umum mekanisme Good Gorporate Governance
yang dapat
mengendalikan perilaku manajemen (dalam hal ini perilaku manajemen
yang menyimpang
seperti praktik manajemen laba) dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok. Kelompok
yang pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan
yang terdiri atas
struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan. Kedua adalah
mekanisme eksternal
spesifik negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar
pengendalian
korporat. Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa motif utama
dilakukannya praktik
manajemen laba ini adalah untuk mislead bagi pengguna
informasi keuangan
dan untuk mempengaruhi kontrak-kontrak yang akan dihasilkan
oleh perusahaan.
Pihak yang mungkin terpengaruh dari praktik manajemen laba ini
sudah tentu adalah
pengguna laporan keuangan.
Berdasarkan
latarbelakang tersebut maka rumusan penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) Apakah
penerapan GCG berpengaruh terhadap ROA? (2) Apakah
penerapan GCG
berpengaruh terhadap ROE? (3) Apakah penerapan GCG berpengaruh
terhadap laverage
ratio? (4) Apakah ROA mempengaruhi terhadap manajemen laba? (5)
Apakah ROE
mempengaruhi terhadap manajemen laba? (6) Apakah Laverage ratio
5
(DAR) mempengaruhi
terhadap manajemen laba? Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan
pengetahuan tentang pengaruh penerapan good coorporate
governance terhadap
manajemen laba melalui kinerja perusahaan.
TELAAH
PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Good
Corporate Governance
Menurut Wiston
Churchil, pemerintah tanpa visi maka negara akan hancur.
Dalam konteks Good
Governance (GG) para pemimpin negara cukup berikan
ketauladanan dalam
setiap hal sedangkan untuk masalah profesionalisme, efisiensi dan
kinerja serahkan
akhlinya yaitu kalangan profesionalisme.
Menurut FCGI (2001)
pengertian Good Corporate Governance adalah
seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern
dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka atau dengan
kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan.
Berdasarkan Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/MMBU/
2002, Good
Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ
BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan
etika.
Tujuan diterapkan Good
Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis,
pelaksanaan Good
Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
meningkatkan kinerja
keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan
oleh dewan komisaris
dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri
dan umumnya Good
Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Menurut Siswanto
(2008), tujuan Good Corporate Governance sebagai berikut:
1. Melindungi hak dan
kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan
kepentingan para anggota the stakeholders non pemegang
saham.
3. Meningkatkan nilai
perusahaan dan para pemegang perusahaan.
6
4. Meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus dan manajemen
perusahaan.
5. Meningkatkan mutu
hubungan dewan pengurus dengan manajemen senior
perusahaan.
Seiring dengan
tumbuhnya perekonomian global, tumbuh pula kesadaran untuk
lebih memperhatikan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dan hal ini tidak
terbatas bagi pasar
yang sedang tumbuh (emerging markets) atau perekonomian yang
dalam proses
transisi. Semua negara kini berkepentingan untuk memperbaiki cara
perusahaan mereka
bekerja. Prinsip-prinsip ter sebut adalah Fairness, Disclosure and
Transparency,
Accountability, Responsibilities dan Independency.
Corporate
Governance Perception Index (CGPI)
Menurut laporan CGPI
(2005) Corporate Governance Perception Index (CGPI)
adalah riset dan
pemeringkatan penerapan Konsep Corporate Governance (CG) pada
perusahaan publik dan
BUMN di Indonesia. Riset ini dilakukan untuk
mendokumentasikan
penerapan konsep CG di Indonesia sebagai bahan analisis dan
studi dalam membangun
dan mengembangkan konsep dan praktik CG yang sesuai
dengan kondisi lokal
perusahaan di Indonesia. Riset dan pemeringkatan ini bertujuan
untuk memotivasi
dunia bisnis dalam melaksanakan konsep Good Corporate
Governance
(GCG) dan menumbuhkan partisipasi masyarakat luas secara
bersamasama
aktif dalam
mengembangkan GCG.
Kinerja
Keuangan
Kinerja perusahaan
merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang
dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya
digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja
keuangan merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar
dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk
mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
7
Kinerja Keuangan
dapat dinilai dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio
keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini rasio keuangan perusahaan yang digunakan
adalah rasio
profitabilitas yaitu Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA)
serta Debt to
Total Asset Ratio (Leverage Ratio).
a. Return
on Equity (ROE)
Return
on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba berdasarkan
modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang
pemegang saham.
b. Return
on Asset (ROA)
Suatu indikator
keuangan yang menggambarakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba
atas total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar rasio
ini semakin baik,
karena manajemen perusahaan mampu menghasilkan laba sebagai
kemungkina atas aset
yang dimiliki.
c. Total
Debt to Total Asset Ratio (Leverage Ratio)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang
terhadap jumlah
seluruh aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
keseluruhan aktiva
yang dibelanjai oleh hutang.
Manajemen
Laba
Healy dan Wahlen
(1999) menyatakan bahwa definisi manajemen laba
mengandung beberapa
aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan
keuangan dapat
dilakukan dengan menggunakan judgement, misalnya judgement yang
dibutuhkan dalam
mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk
ditunjukkan dalam
laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu
aktiva tetap,
tanggung jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang
dan penurunan nilai
asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode
akuntansi, seperti
metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba
untuk menyesatkan stakeholders
mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul
ketika manajemen
memiliki akses-akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses
oleh pihak luar.
Sugiri (1998) membagi
definisi earnings management menjadi dua, yaitu:
1. Definisi sempit
8
Earnings
management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earnings
management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajer
untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals
dalam menentukan
besarnya earnings.
2. Definisi luas
Earnings
management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba
yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab,
tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomis jangka
panjang unit tersebut.
Surifah (1999) menyatakan
bahwa manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai
dengan realitas
ekonomi yang ada, ini berarti kualitas laba yang dilaporkan menjadi
rendah. Laba yang
disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi, tetapi
lebih karena
keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa atau
menutupi realitas
yang ada. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba
yang diperoleh sering
dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah
suatu hal yang lazim
bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer
tergantung dari besar
kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Menurut Achmad, dkk
(2007), terdapat
pernyataan bahwa dalam penerapan akuntansi akrual, prinsip akuntansi
berterima umum
memberikan fleksibilitas dengan mengijinkan manajer untuk memilih
kebijakan akuntansi
dalam pelaporan laba. Fleksibilitas ini dimaksudkan agar manajer
dapat
menginformasikan kondisi ekonomi sesuai realitanya. Fleksibilitas prinsip
akuntansi inilah yang
dapat memberikan peluang bagi manajer untuk mengelola laba.
Manajemen laba
merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (menurunkan) laba
yang dilaporkan saat
kini dari suatu unit yang menjadi tanggung jawab manajer tanpa
mengkaitkan dengan
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang.
Akuntansi akrual
terdiri dari discretionary accruals (DA) dan non discretionary
accruals
(NDA). DA merupakan akrual yang ditentukan manajemen (management
determined).
Manajer dapat memilih kebijakan dalam hal metode dan estimasi
akuntansi. NDA sendiri
merupakan akrual yang ditentukan atas kondisi ekonomi
(economically
determined).
9
Pengembangan
Hipotesisi
Trinanda (2010)
membuktikan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja perusahaan yang diproksi dengan ROA. Penelitian tersebut
bertentangan dengan
penelitian Sugiarto, (2006) membuktikan bahwa God Corporate
Governance
belum mampu menunjukan signifikansi pengaruh kinerja perusahaan
yang
diproksi dengan ROA
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H1 =
Penerapan GCG mempengaruhi Return of Asset perusahaan
Trinanda (2010)
membuktikan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja perusahaan yang diproksi dengan ROE. Penelitian tersebut
bertentangan dengan
penelitian Sugiarto, (2006) membuktikan bahwa Good Corporate
Governance
belum mampu menunjukan signifikansi pengaruh kinerja perusahaan
yang
diproksi dengan ROE
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H2 =
Penerapan GCG mempengaruhi Return on Equity perusahaan
Sayidah, (2008)
membuktikan bahwa Good Corporate Governance
mempengaruhi leverage
ratio perusahaan. Penelitian tersebut bertentangan dengan
penelitian Sugiarto,
(2006) membuktikan bahwa Good Corporate Governance belum
mampu menunjukan
signifikansi pengaruh kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H3 =
Penerapan GCG mempengaruhi Leverage Ratio perusahaan
10
Widyastuti, (2009)
membuktikan bahwa Kinerja keuangan yang diproksi dengan
ROA mempengaruhi
Manajemen laba. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian
Putri, (2011) yang
menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh ROA.
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H4 =
Ada pengaruh Return of Asset terhadap Manajemen Laba
Widyastuti, (2009)
membuktikan bahwa Kinerja keuangan mempengaruhi
Manajemen laba.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Putri, (2011) yang
menyatakan bahwa
Kinerja keuangan mempengaruhi Manajemen laba.
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H5 =
Ada pengaruh Return on Equity terhadap Manajemen Laba
Widyastuti, (2009)
membuktikan bahwa leverage mempengaruhi Manajemen
laba. Penelitian
tersebut bertentangan dengan penelitian Putri, (2011) yang menyatakan
bahwa bahwa leverage
tidak mempengaruhi Manajemen laba.
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H6 =
Ada pengaruh Leverage Ratio terhadap Manajemen Laba
METODE
PENELITIAN
Sampel
penelitian
Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang pernah masuk
dalam peringkat 10
besar CGPI periode 2001-2011 dan terdaftar di dalam Bursa efek
Indonesia ( BEI ).
Indeks CGPI dipilih sebagai objek penelitian dengan pertimbangan
bahwa perusahaan yang
termasuk dalam peringkat 10 besar indeks CGPI merupakan
perusahaan yang telah
menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara
baik. Sedangkan
sample diambil dengan menggunakan menggunakan purposive
sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono,
2002) dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan
kriteria yang
ditentukan.
11
Variabel
Penelitian
1.
Variable Eksogen
Variabel Eksogen
dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance
yang dalam hal ini
dapat dijelaskan melalui Corporate Governance Perception
Index
(CGPI).
2.
Variabel Endogen
2.1 Return on Asset
(ROA)
Suatu indikator
keuangan yang menggambarakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan
laba atas total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin
besar rasio ini semakin
baik, karena manajemen perusahaan mampu menghasilkan
laba sebagai
kemungkina atas aset yang dimiliki
ROA ₌
LABA
BERSIH
TOTAL
ASSET
2.2 Return on Equity
(ROE)
Return
on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan
ukuran profitabilitas
dari sudut pandang pemegang saham.
ROE ₌
LABA
BERSIH
TOTAL
EQUITY
2.3 Total Debt to
Total Asset Ratio (Leverage Ratio)
Total
Debt to Total Asset Ratio (Leverage Ratio) adalah perbandingan
antara total hutang
perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki poerusahaan.
Rasio ini menunjukkan
berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh
hutang.
LR ₌
TOTAL
HUTANG
TOTAL
ASSET
2.4 Manajemen Laba
Manajemen laba
merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses
pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh
12
beberapa keuntungan
pribadi (Schipper, 1989). Penggunaan discretionary
accruals
sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified
Jones
Model (Dechow et al., 1995), model tersebut dituliskan sebagai berikut :
TAit = Nit –
CFOit
Nilai total accrual
(TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least
Square
(OLS) sebagai berikut :
TAit/Ait-1 =
β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1)
+ β3 (PPEt/Ait-1) + e
Dengan menggunakan
koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung
dengan rumus :
NDAit
= β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1 -
ΔRect / Ait-1 ) + β3 (PPEt/Ait-1)
Selanjutnya discretionary
accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut :
DAit
= TAit/Ait-1 – NDAit
Keterangan :
DAit = Discretionary
Accruals perusahaan i pada periode ke-t
NDAit = Non
Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke-t
TAit =
Total akrual perusahaan i pada periode ke-t
Nit =
Laba bersih perusahaan I pada periode ke-t
CFOit =
Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan I pada periode ke-t
Ait-1 =
Total aktiva perusahaan I pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan
pendapatan perusahaan i pada periode ke-t
PPEt =
Aktiva tetap perusahaan pada periode ke-t
ΔRect =
Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke-t
β1-β3 = Koefisien
variabel
e = error terms
Apabila perusahaan
tidak melakukan manajemen laba, maka total akrual
akan sama dengan non
discretionary accrual. Apabila perusahaan diindikasikan
melakukan manajemen
laba, maka nilai discretionary accrual akan positif
(Elisa,2006).
13
Alat
Analisis
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan alat analisis structural equqtion
modeling
(SEM) dengan bantuan program AMOS versi 18 (Analisis of Moment
Structure).
SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan
pengujian sebuah
rangkaian hubungan yang relative rumit secara simultan
(Waluyo,2011).
Sedangkan untuk pengujian asumsi klasik menggunakan program
PSAW Statistic versi
18.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Tabel
1
Descriptive
Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
DA 108 -.8293280 1.834153
0
.333259
89
.4843498
81
GCG 108 67.1 91.8 82.340
5.9015
ROE 108 2.23 61.88 22.3743
12.82376
LR 108 .22 .92 .6083
.22164
ROA 108 .83 18.97 7.4843
5.34173
Valid N
(listwise)
108
Sumber : data diolah
GCG berkisar antara
67.1 sampai dengan 91.8 dengan rata – rata sebesar 82.34
dan standar deviasi
sebesar 5.9. Tampak bahwa terdapat perusahaan dengan GCG
sebesar 67.1% dan ada
pula perusahaan dengan GCG sebesar 91.8%.
14
Uji
Normalitas
Tabel
2
Uji
Normalitas
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 108
Normal Parametersa,b Mean
.0000000
Std. Deviation .42593203
Most Extreme
Differences
Absolute .087
Positive .087
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z .909
Asymp. Sig. (2-tailed)
.380
a. Test distribution is
Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : SPSS 18,
data diolah
Dari hasi pengujian
diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.380 dengan
nilai α = 0.05.
Dengan demikian nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari pada α,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Discretionary Accruals, GCG, Return on
Asset,
Retrun on Equity, dan Leverage ratio berdistribusi normal.
Uji
Multikolinearitas
Tabel
3
Uji
Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
GCG .934 1.070
ROE .957 1.045
LR .913 1.095
ROA .981 1.020
Sumber : data diolah
15
Dari tabel di atas
diketahui bahwa semua nilai tolerance nilainya lebih besar dari
0.10 dan nilai VIF
pada masing – masing variabel di bawah 10 maka dapat diketahui
bahwa antara antara
variabel-variabel independen tidak terdapat gangguan
multikolinearitas,
oleh karena itu data dalam penelitian ini telah memenuhi syarat uji
multikolinearitas
sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian model regresi.
Uji
Autokorelasi
Tabel
4
UJI
Autokorelasi
Model
Summaryb
Model
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .476a .227
.197 .434123781830105 1.989
a. Predictors:
(Constant), ROA, ROE, CGPI, LR
b. Dependent
Variable: DA
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel di
atas didapat nilai D
hitung
sebesar 1.989
seadangkan nilai dU
sebesar 1.7841 dan
nilai 4-dU sebesar 2.2159. sehingga nilai D
hitung
lebih besar dari dU
dan lebih kecil dari
4-dU (dU < d < 4-dU): (1.7481 < 1.989 < 2.2159) yang berarti tidak
ada autokorelasi dalam
model regresi.
Uji
Heteroskedastisitas
Sumber : data diolah
16
Gambar
1 Grafik Scatterplot
Dari gambar di atas
tampak bahwa harga-harga prediksi (Standardized Predicted
Value)
dengan harga-harga residual (Standardized Residual) tidak
membentuk pola
tertentu seperti
mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya
melebar kemudian
menyempit. Hal ini berarti tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
Uji
Kesesuaian Model
Tabel
5
Uji
kesesuaian model
Goodness–of–fit
–Index Cutt – off Value Hasil pengujian Keterangan
X2 Chi – Square
Statistik Diharapkan kecil (<9.487) 5.435 baik
Probability ≥ 0,05
0.245 baik
RMSEA ≤ 0,08 0.058
baik
GFI ≥ 0,90 0.98 baik
AGFI ≥ 0,90 0.927
baik
CMIN / DF ≤ 2,00
1.359 baik
TLI ≥ 0,95 0.876
marginal
CFI ≥ 0,95 0.95 baik
Sumber : data diolah
Dari hasil uji
kesesuaian model tersebut menunjukan bahwa model yang
digunakan dalam
penelitian ini cukup baik sehingga model ini dapat digunakan dalam
melihat hubungan
antar variabel penelitian.
Pengujian
Hipotesis
Tabel
6
Regression
Weights
Estimate P
ROA <--- GCG .124
.196
ROE <--- GCG .032
.738
LR <--- GCG .208
.028
DA <--- ROA -.202
.018
DA <--- ROE .049
.564
DA <--- LR .428
***
17
Sumber : data diolah
Sumber : Output AMOS
18
Gambar
2 Hasil Estimasi Koofisien Persamaan Struktural
Dari table 6 dan
gambar 2 dapat dihasilkan persamaan struktural sebagai berikut:
ROA
= 0.124(GCG) + e1
ROE
= 0.032(GCG) + e2
LR =
0.208(GCG) + e3
DA =
-0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
DA =
-0.202(0.124(GCG) + e1)+ 0.049(0.032(GCG) + e2)+ 0.428(0.208(GCG) +
e1)
+ e4
Dari model regresi
ROA = 0.124(GCG) + e1 diketahui nilai koefisien regresi
GCG sebesar 0.124 .
Hasil ini menjelaskan terdapat hubungan positif antara variabel
GCG terhadap ROA dan
berdsarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai p sebesar 0.196
> 0.05, yang
berarti hipotesis yang menyatakan penerapan GCG mempengaruhi Return
on
Asset perusahaan ditolak.
Dari model regresi
ROE = 0.032(GCG) + e2 diketahui nilai koefisien regresi
GCG sebesar 0.032.
Hasil ini menjelaskan terdapat hubungan positif antara variabel
GCG terhadap ROE dan
berdsarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai p sebesar 0.738
> 0.05, yang
berarti hipotesis yang menyatakan penerapan GCG mempengaruhi Return
on
Equity perusahaan ditolak.
Dari uraian di atas
diketahui bahwa penerapan good corporate governance tidak
perpengaruh terhadap return
on asset perusahaan dan good corporate governance tidak
perpengaruh terhadap return
on equity perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian
18
Syaidah (2007) yang
menyatakan bahwa tidak ada bukti yang kuat mengenai hubunagan
antara kesuksesan dan
corporate governance penting diakui walaupun ada kepercayaan
good governance dapat
meningkatkan prospek perusahaan.
Dari model regresi LR
= 0.208(GCG) + e3 diketahui nilai koefisien regresi
GCG sebesar 0.208.
Hasil ini menjelaskan terdapat hubungan positif antara variabel
GCG terhadap Leverage
Ratio dan berdsarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai p
sebesar 0.028 <
0.05, yang berarti hipotesis yang menyatakan penerapan GCG
mempengaruhi Leverage
Ratio perusahaan diterima.
Hal ini menunjukan
bahwa perusahaan yang menerapkan good corporate
governance
dengan baik akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dana dari pihak
ketiga untuk modal
kerja. Hal ini sejalan dengan Syaidah dan Pujiati (2008) penerapan
corporate
governance yang semakin baik menjadikan perusahaan semakin dipercaya
oleh pihak kreditor,
investor serta mitra lain, sehingga perusahaan akan lebih mudah
mendapakan pinjaman
dana dari pihak-pihak tersebut.
Dari model regresi DA
= -0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
diketahui nilai
koefisien regresi ROA sebesar -0.202. Hasil ini menjelaskan terdapat
hubungan negatif
antara variabel ROA terhadap variabel DA dan berdsarkan uji
hipotesis diketahui
bahwa nilai p sebesar 0.018 < 0.05, yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada
pengaruh Return on Asset terhadap Manajemen Laba diterima.
Hal ini menunjukan
semakin tinggi Return on Asset perusahaan akan
mengurangi praktek
manajemen laba. Hal ini sejalan dengan Putri (2011) semakin
tinggi Return on
Asset perusahaan maka semakin efisien pemanfaatan aktifa perusahaan
sehingga dapat
mengurangi tindakan manajer melakukan praktek manajemen laba.
Dari model regresi DA
= -0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
diketahui nilai
koefisien regresi ROE sebesar 0.049. Hasil ini menjelaskan terdapat
hubungan positif
antara variabel ROE terhadap variabel DA dan berdsarkan uji
hipotesis diketahui
bahwa nilai p sebesar 0.564 > 0.05, yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada
pengaruh Return on Equity terhadap Manajemen Laba ditolak. Hal ini
berarti Return on
Equity tidak dapat dijadikan acuan dalam menentukan tingkat praktek
manajemen laba.
Dari model regresi DA
= -0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
diperoleh nilai
koefisien regresi LR sebesar 0.428 (tabel 4.7). Hasil ini menjelaskan
19
terdapat hubungan
positif antara variabel LR terhadap variabel DA dan berdsarkan uji
hipotesis diketahui
bahwa nilai p sebesar ***(kurang dari 0.001) < 0.05, yang berarti
hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh Leverage Ratio terhadap Manajemen Laba
diterima
Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi leverage ratio akan meningkatkan
aktifitas manajemen
laba. Prusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan
menghindari metode
akuntansi yang menyebabkan pengurangan laba (Widiyastuti,
2009).
Uji
Determinasi
Tabel
7
Squared
Multiple Correlations
Estimate
LR .043
ROE .001
ROA .015
DA .222
Sumber : data diolah
Dari tabel 4.8 dapat
dijelaskan bahwa GCG didalam mempengaruhi leverage
ratio
sebesar 4.3% Sisanya sebesar 95.7% merupakan kontribusi faktor
lain yang tidak
diteliti dalam
penelitian ini. GCG didalam mempengaruhi ROA sebesar 1.5% Sisanya
sebesar 98.5%
merupakan kontribusi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
GCG didalam
mempengaruhi ROE sebesar 0.01% Sisanya sebesar 99.99% merupakan
kontribusi faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Serta pengaruh GCG
terhadap ROA, ROE dan
LR didalam mempengaruhi manajemen laba (DA) sebesar
22.2% Sisanya sebesar
77.8% merupakan kontribusi faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
20
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil-hasil tersebut diketahui bahwa Good Corporate Governance
berpengaruh positif
terhadap manajemen laba melalui Leverage Ratio, maka dapat
disimpulkan bahwa
penerapan Good Corporate Governance melalui leverage ratio
belum mampu
mengurangi praktek manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu
sebagai berikut:
1. Kelemahan
penelitian ini adalah sampel yang digunakan masih terlalu luas
dikarenakan
perusahaan yang dijadikan sempel terdiri dari beberapa sektor
industry sehingga
kriteria penilaian CGPI yang diberikan berbeda-beda. Jadi
untuk penelitian
selanjutnya sampel yang akan digunakan dapat lebih difokuskan
kedalam satu sektor
industry seperti manufaktur, telekomunikasi, banking,
tranportasi,
pertambangan, dan sebagainya.
2. Bagi penelitian
selanjutnya dapat menambahkan beberapa variabel lainnya selain
yang sudah ada dalam
penelitian ini. Seperti Net Profit Margin, Operating Profit
Margin,
Ukuran Perusahaan dan Sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdelghany, K.E., 20
05, Measuring the quality of earnings. Managerial Auditing
Journal Vol. 20 No.
9, 2005 p. 1001-1015
Achmad, dkk. 2007. Investigasi
Motivasi dan Strategi Manajemen Laba pada
Perusahaan
Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Andhika. 2010. Analisis
Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan
Asimetri
Informasi Dengan Praktik Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan
Perbankan
Yang Terdaftar Di BEI). Semarang : Universitas Diponegoro.
Anita. 2010. Pengaruh
Pengungkapan Good Corporate Governance dan Manajemen
Laba
Terhadap Asimetris Informasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
21
Terdaftar
Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jakarta : Universitas
Pembangunan
Nasional “Veteran”.
Ardiansari, Anindya,
2009. Analisis pengaruh pengumuman annual repot award pada
good
corporate governance terhadap trading volume activity dan abnormal
retrun.
Dinamika Manajemen, Vol. 1, no. 1, November 2009.
Astuti. 2004. Analisa
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di
Seputar
Right Issue. Solo : Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Bian, Hui, 2011, Structural
Equetion Modeling With Amos II, Fall 2011. Available online
at http://core.ecu.edu/ofe/StatisticsResearch/SEM
with AMOS II.pdf
Budiasih. 2007. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Bali :
Universitas Udayana.
Chtourou, SM., Jean
Bedard. dan Lucie Courteau. (2001). Corporate Governance and
Earnings
Management. Working Paper. Universite Laval, Quebec City, Canada.
April.
Cooper, MJ., et al,
2006. The Iron Status of Canadian Adolescent and Adults: Current
Knowledge
and Practical Implication. Canadian Journal of Dietetic Practice
and
Research. 2006 Vol
67, No,3
Cornett M. M, J.
Marcuss, Saunders dan Tehranian H. 2006. Earnings Management,
Corporate
Governance, and True Financial Performance.
Dechow, Patricia M.,
R.G. Sloan and A.P. Sweeney, (1995), Detecting earnings
management.
The Accounting Review 70, 193-225.
Deni Darmawati,
Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2004. Hubungan Corporate
Governance
dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
FCGI. 2001. Corporate
Governance : Tata kelola perusahaan. Edisi ketiga. Jakarta
22
FCGI. 2003. Peranan
Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate
Governance ( Tata Kelola Perusahaan ). Indonesian Company Law.
Available on-line at www.fcgi.or.id
Freeman, R. Edward.
1994. Strategic Management: A stakeholders Approach. Boston.
Pitman.
Gantyowati, Evi dan
Yayuk Sulistiyani., 2008, Reaksi pasar terhadap pengumuman
deviden
pada perusahaan yang masuk corporate governance perception index.
Jurnal bisnisn dan
akuntansi Vol. 10 No. 3. Desembsr 2008 Hlm. 161-171.
Ghozali, Imam.
(2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Cetakan
Kelima.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Isnanta. 2008. Pengaruh
Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Manajemen
Laba dan Kinerja. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Jensen, M.C., 1993. The
Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of
Internal
Control Systems. The Journal of Finance Vol. 48, No3,
831-880.
Jensen, Michael C.
dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics
3.
hal. 305-360.
Kurniaty, Dewi, 2008.
Penerapan etika bisnis melalui prinsip-prinsip good corporate
governance. Jurnal
Universitas Paramadina Vol. 5, No. 3, Desember 2008:221-
231.
Mintara. 2008. Pengaruh
Implementasi Corporate Governance Terhadap
Pengungkapan
Informasi. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Mutamimah, dkk. 2011.
Model peningkatan return saham dan kinerja keuangan
melalui
corporate social responsibility dan good corporate governance di bursa
efek
Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 4 Vol. 1, april 2011.
23
Nasution, dan
Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba
Di Industri Perbankan Indonesia. Jurnal simposium nasional
akuntansi X.
Putri N. 2010. Pengaruh
Penerapan Good Corporate Governance terhadap Manajemen
Laba
(Studi Kasus Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45).
Jakarta :
Universitas Gunadarma
Putri, Wulandari
Utami, 2011, Pengaruh karakterisitik perusahaan DAN Pengungkapan
Sukarela
Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property
di
Indonesia. Surabaya : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Santoso S, 2000, Buku
Latihan SPSS Statistic Parametrik. PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia,
Jakarta.
Santoso, Singgih,
2007, Konsep Dan Aplikasi Dengan Amos. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Schipper, K. 1989.
Commentary: Earnings Management. Accounting Horizons
(December): 91-102.
Sugiarto, 2006, Good
Corporate Governance, mapukah meningkatkan kinerja
perusahaan?.
Jurnal akuntabilitas, Vol. 6, No. 1 September 2006, hlm. 34-36
ISSN 1412-0240.
Sugiri, S., Earnigs
Management: Toeri, Model, dan Bukti Empiris. Telaah, Hal 1-18,
1998.
Sutojo, Siswanto dan
E.John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance : Tata
Kelola
Perusahaan Yang Sehat. Jakarta : PT.Damar Mulia Pustaka.
Syaidah, Nur dan
Diyah Pujiati, 2008, Corpotare Governance dan rasio utang
perusahaan.
Jurnal VENTURA Vol. 11, NO. 3, Desember 2008.
Syaidah, Nur, 2007, Pengaruh
kualitas Corporate Governance terhadap kinerja
perusahaan
public (studi kasus peringkat 10 besar CGPI tahun 2003, 2004,
2005).
JAAI Vol 11 No. 1, Juni 2007.
24
Tjager, I.N.,
Alijoyo, F.A., Djemat, H.R., dan Soembodo, B. 2003. Corporate
Governance.
Jakarta : Prenhalindo.
Trihapsari, Elisa,
2006, Analisis Korelasi Penerapan Prisip-prinsip Good Corporate
Governance
Dengan Manajemen Laba Pada Emiten Bursa Efek Di Jakarta.
Thesis : Program
Pasca Sarjana Universitas Diponogoro.
Ujiyantho dan
Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba
Dan
Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur).
Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Waluyo, Minto, 2011, Panduan
dan Aplikasi Structural Equation Modeling. PT. Index,
Jakarta.
Warsono et al. 2009. Coporate
Governance Concept and Model. Yogyakarta : Center
for Good Corporate
Governance.
Wedari, Linda
Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan
Keberadaan
Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba. Artikel
yang
Dipresentasikan pada
Simposium Nasional Akuntansi 7 Denpasar tanggal 2 -3
Desember 2004
Widilestariningtyas,
Ony, 2007, Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
(GCG)
Berdasarkan Corporate Governance Perception Index, Sumber Investasi
Terhadap
Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Indonesia, Vol.1,
Hal 1-12, Desember.
Widiyastuti,Tri,
2009, Pengaruh struktur dan kinerja keuangan terhadap manajemen
laba
: studi pada perusahaan manufaktur di BEI. Jurnal MAKSI, Vol.
, No. 1,
Januari 2009.
www.idx.co.id
http://www.iicg.org/
http://id.wikipedia.org/wiki/Rupiah