Pages

Jumat, 05 Juni 2015

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA MELALUI KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERINGKAT 10 BESAR CGPI PERIODE 2001-2011



PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA MELALUI KINERJA PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERINGKAT 10 BESAR CGPI
PERIODE 2001-2011

ALKY JATISANTOSOWIBOWO
Jl. Bromo Blok p/14 RT/RW 04/02 Komp. KODAU V Kel. Jatimekar Kec. Jatiasih,
Bekasi. (alkyjatisantosowibowo@gmail.com)
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jl. KH. Noer Ali, Kalimalang, Bekasi.

ABSTRAK
Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetris antara pemilik dan
pengelola perusahaan. Kecenderungan agent untuk mencari keuntungan sendiri dan
tingkat asimetri informasi yang tinggi, menyebabkan agent memanipulasi kinerja yang
dilaporkan untuk kepentingan mereka sendiri. Agent melakukan manipulasi data dalam
menyajikan informasi akuntansi dengan melakukan manajemen laba (earnings
management) melalui discretionary accrual. Tindakan manajemen laba yang dilakukan
oleh manajer dapat diminimumkan melalui penerapan good corporate governance yang
terdiri dari empat prinsip utama, yaitu kewajaran, transparansi, akuntabilitas dan
responsibilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Good
Corporate Governance terhadap praktik manajemen laba melalui kinerja perusahaan.
Sampel yang digunakan adalah perusahaan - perusahaan yang masuk dalam peringkat
10 besar Corporate Governance Perception Index (CGPI) selama periode 2001-2011 .
Metode dalam penelitian ini adalah structural equation modeling (SEM) dengan
bantuan program AMOS 18. Sementara untuk uji asumsi klasiknya menggunakan
program PSAW. Penelitian ini menggunakan variable eksogen adalah CGPI yang
menggambarkan good corporate governance, dan variable endogen adalah ROA, ROE,
leverage ratio dan discretionary accruals model Jones. Berdasarkan pengujian hipotesis
diketahui bahwa good corporate governance mempunyai pengaruh yang positif
terhadap manajemen laba melalui variable leverage ratio. Sedangkan variable lainnya
memberikan hasil yang tidak signifikan.
2
ABSTRACT
Agency theory resulting in an asymmetrical relationship between the owner and
manager of the company. The tendency for agents to seek their own benefit and a high
degree of information asymmetry, causing agents to manipulate reported performance
for their own interests. Agents perform data manipulation in the present accounting
information by doing management earnings through discretionary accrual. Measures of
earnings management by managers can be minimized through the implementation of
good corporate governance consists of four main principles, namely fairness,
transparency, accountability and responsibility. The purpose of this study was to
determine the effect of good corporate governance on earnings management practices
through performance. The sample used is a company - a company that entered the top
10 Corporate Governance Perception Index (CGPI) during the period 2001-2011. The
method in this study is structural equation modeling (SEM) with the help of AMOS 18
program. As for classical assumption test using PSAW program. This study used
exogenous variable is CGPI depicting good corporate governance, and the endogenous
variable are ROA, ROE, leverage ratio and discretionary accruals model of Jones.
Based on the hypothesis testing is known that good corporate governance has a positive
influence on earnings management through a variable leverage ratio. While the other
variables were not significant results.
Keywords: GCG, Earnings Management, ROA, ROE, Leverage Ratio

PENDAHULUAN
Pada tahun 1990-an mulai terjadi perubahan besar – besaran dalam bidang sosial
politik dan ekonomi baik di Eropa maupun di Asia. Perubahan era globalisasi terhadap
ekonomi global yang terjadi di berbagai Negara berdampak pula pada Negara Indonesia.
Untuk itu pemahaman terhadap visi dan misi perusahaan juga terhadap tata kelola yang
baik dari pemerintah, perusahaan pemerintah maupun swasta mutlak dibutuhkan demi
kelangsungan usaha.
Tentunya kegiatan terencana dan terprogram ini dapat tercapai dengan keberadaan
sistem tata kelola perusahaan yang baik. Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang
3
baik ini menuntut dibangunnya dan dijalankannya konsep dasar Good Corporate
Governance (GCG) dalam proses manajerial perusahaan.
Penerapan Good Corporate Governance didasarkan pada teori agensi. Menurut
Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul
ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal
lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer
harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi
yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan
utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba
(earning management) (Richardson, 1998).
Tindakan manajemen laba telah menimbulkan beberapa kasus pelanggaran
pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World Com dan
mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et.al, 2006). Selain itu, di
Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga
melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi (Gideon, 2005). Salah satu penyebab terjadinya kasus – kasus ini
adalah karena lemahnya penerapan praktik Good Corporate Governance di Indonesia
(Andhika, 2010).
Good Corporate Governance adalah sebuah konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai suatu alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang
telah mereka investasikan. Good Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana
para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana (capital) yang telah
ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol
para manajer (Saputri, 2009).
4
Good Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa
manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders (Mintara, 2008).
Good Corporate Governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan
teknik monitoring kinerja (Deni et.al, 2004). Good Corporate Governance dapat
diartikan sebagai suatu susunan aturan yang menentukan hubungan yang tercipta antara
pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal
dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (Forum for
Corporate Governance in Indonesia, 2003).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2003) sebuah
organisasi profesional non-pemerintah yang bertujuan mensosialisasikan praktik Good
Corporate Governance, terdapat lima prinsip dasar dalam penerapan Good Corporate
Governance, yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan
kewajaran. Prinsip GCG yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat
(constrain) aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan (Chtourou et.al, 2001).
Menurut Putri N (2010), secara umum mekanisme Good Gorporate Governance
yang dapat mengendalikan perilaku manajemen (dalam hal ini perilaku manajemen
yang menyimpang seperti praktik manajemen laba) dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok. Kelompok yang pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan
yang terdiri atas struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan. Kedua adalah
mekanisme eksternal spesifik negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar
pengendalian korporat. Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa motif utama
dilakukannya praktik manajemen laba ini adalah untuk mislead bagi pengguna
informasi keuangan dan untuk mempengaruhi kontrak-kontrak yang akan dihasilkan
oleh perusahaan. Pihak yang mungkin terpengaruh dari praktik manajemen laba ini
sudah tentu adalah pengguna laporan keuangan.
Berdasarkan latarbelakang tersebut maka rumusan penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) Apakah penerapan GCG berpengaruh terhadap ROA? (2) Apakah
penerapan GCG berpengaruh terhadap ROE? (3) Apakah penerapan GCG berpengaruh
terhadap laverage ratio? (4) Apakah ROA mempengaruhi terhadap manajemen laba? (5)
Apakah ROE mempengaruhi terhadap manajemen laba? (6) Apakah Laverage ratio
5
(DAR) mempengaruhi terhadap manajemen laba? Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan tentang pengaruh penerapan good coorporate
governance terhadap manajemen laba melalui kinerja perusahaan.

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Good Corporate Governance
Menurut Wiston Churchil, pemerintah tanpa visi maka negara akan hancur.
Dalam konteks Good Governance (GG) para pemimpin negara cukup berikan
ketauladanan dalam setiap hal sedangkan untuk masalah profesionalisme, efisiensi dan
kinerja serahkan akhlinya yaitu kalangan profesionalisme.
Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/MMBU/
2002, Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan etika.
Tujuan diterapkan Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis,
pelaksanaan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan
oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri
dan umumnya Good Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Menurut Siswanto (2008), tujuan Good Corporate Governance sebagai berikut:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non pemegang
saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang perusahaan.
6
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus dan manajemen
perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan dewan pengurus dengan manajemen senior
perusahaan.
Seiring dengan tumbuhnya perekonomian global, tumbuh pula kesadaran untuk
lebih memperhatikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dan hal ini tidak
terbatas bagi pasar yang sedang tumbuh (emerging markets) atau perekonomian yang
dalam proses transisi. Semua negara kini berkepentingan untuk memperbaiki cara
perusahaan mereka bekerja. Prinsip-prinsip ter sebut adalah Fairness, Disclosure and
Transparency, Accountability, Responsibilities dan Independency.
Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Menurut laporan CGPI (2005) Corporate Governance Perception Index (CGPI)
adalah riset dan pemeringkatan penerapan Konsep Corporate Governance (CG) pada
perusahaan publik dan BUMN di Indonesia. Riset ini dilakukan untuk
mendokumentasikan penerapan konsep CG di Indonesia sebagai bahan analisis dan
studi dalam membangun dan mengembangkan konsep dan praktik CG yang sesuai
dengan kondisi lokal perusahaan di Indonesia. Riset dan pemeringkatan ini bertujuan
untuk memotivasi dunia bisnis dalam melaksanakan konsep Good Corporate
Governance (GCG) dan menumbuhkan partisipasi masyarakat luas secara bersamasama
aktif dalam mengembangkan GCG.
Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya
digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja
keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar
dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
7
Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio
keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini rasio keuangan perusahaan yang digunakan
adalah rasio profitabilitas yaitu Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA)
serta Debt to Total Asset Ratio (Leverage Ratio).
a. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham.
b. Return on Asset (ROA)
Suatu indikator keuangan yang menggambarakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar rasio
ini semakin baik, karena manajemen perusahaan mampu menghasilkan laba sebagai
kemungkina atas aset yang dimiliki.
c. Total Debt to Total Asset Ratio (Leverage Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang
terhadap jumlah seluruh aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Manajemen Laba
Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa definisi manajemen laba
mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan
keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan judgement, misalnya judgement yang
dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk
ditunjukkan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu
aktiva tetap, tanggung jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang
dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode
akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba
untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul
ketika manajemen memiliki akses-akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses
oleh pihak luar.
Sugiri (1998) membagi definisi earnings management menjadi dua, yaitu:
1. Definisi sempit
8
Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals
dalam menentukan besarnya earnings.
2. Definisi luas
Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Surifah (1999) menyatakan bahwa manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai
dengan realitas ekonomi yang ada, ini berarti kualitas laba yang dilaporkan menjadi
rendah. Laba yang disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi, tetapi
lebih karena keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa atau
menutupi realitas yang ada. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba
yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah
suatu hal yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer
tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Menurut Achmad, dkk
(2007), terdapat pernyataan bahwa dalam penerapan akuntansi akrual, prinsip akuntansi
berterima umum memberikan fleksibilitas dengan mengijinkan manajer untuk memilih
kebijakan akuntansi dalam pelaporan laba. Fleksibilitas ini dimaksudkan agar manajer
dapat menginformasikan kondisi ekonomi sesuai realitanya. Fleksibilitas prinsip
akuntansi inilah yang dapat memberikan peluang bagi manajer untuk mengelola laba.
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (menurunkan) laba
yang dilaporkan saat kini dari suatu unit yang menjadi tanggung jawab manajer tanpa
mengkaitkan dengan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang.
Akuntansi akrual terdiri dari discretionary accruals (DA) dan non discretionary
accruals (NDA). DA merupakan akrual yang ditentukan manajemen (management
determined). Manajer dapat memilih kebijakan dalam hal metode dan estimasi
akuntansi. NDA sendiri merupakan akrual yang ditentukan atas kondisi ekonomi
(economically determined).
9
Pengembangan Hipotesisi
Trinanda (2010) membuktikan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diproksi dengan ROA. Penelitian tersebut
bertentangan dengan penelitian Sugiarto, (2006) membuktikan bahwa God Corporate
Governance belum mampu menunjukan signifikansi pengaruh kinerja perusahaan yang
diproksi dengan ROA
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H1 = Penerapan GCG mempengaruhi Return of Asset perusahaan
Trinanda (2010) membuktikan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diproksi dengan ROE. Penelitian tersebut
bertentangan dengan penelitian Sugiarto, (2006) membuktikan bahwa Good Corporate
Governance belum mampu menunjukan signifikansi pengaruh kinerja perusahaan yang
diproksi dengan ROE
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H2 = Penerapan GCG mempengaruhi Return on Equity perusahaan
Sayidah, (2008) membuktikan bahwa Good Corporate Governance
mempengaruhi leverage ratio perusahaan. Penelitian tersebut bertentangan dengan
penelitian Sugiarto, (2006) membuktikan bahwa Good Corporate Governance belum
mampu menunjukan signifikansi pengaruh kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H3 = Penerapan GCG mempengaruhi Leverage Ratio perusahaan
10
Widyastuti, (2009) membuktikan bahwa Kinerja keuangan yang diproksi dengan
ROA mempengaruhi Manajemen laba. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian
Putri, (2011) yang menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh ROA.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H4 = Ada pengaruh Return of Asset terhadap Manajemen Laba
Widyastuti, (2009) membuktikan bahwa Kinerja keuangan mempengaruhi
Manajemen laba. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Putri, (2011) yang
menyatakan bahwa Kinerja keuangan mempengaruhi Manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H5 = Ada pengaruh Return on Equity terhadap Manajemen Laba
Widyastuti, (2009) membuktikan bahwa leverage mempengaruhi Manajemen
laba. Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Putri, (2011) yang menyatakan
bahwa bahwa leverage tidak mempengaruhi Manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
H6 = Ada pengaruh Leverage Ratio terhadap Manajemen Laba

METODE PENELITIAN
Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang pernah masuk
dalam peringkat 10 besar CGPI periode 2001-2011 dan terdaftar di dalam Bursa efek
Indonesia ( BEI ). Indeks CGPI dipilih sebagai objek penelitian dengan pertimbangan
bahwa perusahaan yang termasuk dalam peringkat 10 besar indeks CGPI merupakan
perusahaan yang telah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara
baik. Sedangkan sample diambil dengan menggunakan menggunakan purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2002) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan
kriteria yang ditentukan.
11
Variabel Penelitian
1. Variable Eksogen
Variabel Eksogen dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance
yang dalam hal ini dapat dijelaskan melalui Corporate Governance Perception
Index (CGPI).
2. Variabel Endogen
2.1 Return on Asset (ROA)
Suatu indikator keuangan yang menggambarakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atas total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin
besar rasio ini semakin baik, karena manajemen perusahaan mampu menghasilkan
laba sebagai kemungkina atas aset yang dimiliki
ROA
LABA BERSIH
TOTAL
ASSET
2.2 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan
ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
ROE
LABA BERSIH
TOTAL EQUITY
2.3 Total Debt to Total Asset Ratio (Leverage Ratio)
Total Debt to Total Asset Ratio (Leverage Ratio) adalah perbandingan
antara total hutang perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki poerusahaan.
Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh
hutang.
LR
TOTAL
HUTANG
TOTAL ASSET
2.4 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh
12
beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Penggunaan discretionary
accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified
Jones Model (Dechow et al., 1995), model tersebut dituliskan sebagai berikut :
TAit = Nit – CFOit
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least
Square (OLS) sebagai berikut :
TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1 - ΔRect / Ait-1 ) + β3 (PPEt/Ait-1)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut :
DAit = TAit/Ait-1 – NDAit
Keterangan :
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke-t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke-t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke-t
Nit = Laba bersih perusahaan I pada periode ke-t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan I pada periode ke-t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan I pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke-t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke-t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke-t
β1-β3 = Koefisien variabel
e = error terms
Apabila perusahaan tidak melakukan manajemen laba, maka total akrual
akan sama dengan non discretionary accrual. Apabila perusahaan diindikasikan
melakukan manajemen laba, maka nilai discretionary accrual akan positif
(Elisa,2006).
13
Alat Analisis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis structural equqtion
modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS versi 18 (Analisis of Moment
Structure). SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan
pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relative rumit secara simultan
(Waluyo,2011). Sedangkan untuk pengujian asumsi klasik menggunakan program
PSAW Statistic versi 18.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
DA 108 -.8293280 1.834153
0
.333259
89
.4843498
81
GCG 108 67.1 91.8 82.340 5.9015
ROE 108 2.23 61.88 22.3743 12.82376
LR 108 .22 .92 .6083 .22164
ROA 108 .83 18.97 7.4843 5.34173
Valid N
(listwise)
108
Sumber : data diolah
GCG berkisar antara 67.1 sampai dengan 91.8 dengan rata – rata sebesar 82.34
dan standar deviasi sebesar 5.9. Tampak bahwa terdapat perusahaan dengan GCG
sebesar 67.1% dan ada pula perusahaan dengan GCG sebesar 91.8%.
14
Uji Normalitas
Tabel 2
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 108
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .42593203
Most Extreme
Differences
Absolute .087
Positive .087
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z .909
Asymp. Sig. (2-tailed) .380
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : SPSS 18, data diolah
Dari hasi pengujian diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.380 dengan
nilai α = 0.05. Dengan demikian nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari pada α,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Discretionary Accruals, GCG, Return on
Asset, Retrun on Equity, dan Leverage ratio berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Tabel 3
Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
GCG .934 1.070
ROE .957 1.045
LR .913 1.095
ROA .981 1.020
Sumber : data diolah
15
Dari tabel di atas diketahui bahwa semua nilai tolerance nilainya lebih besar dari
0.10 dan nilai VIF pada masing – masing variabel di bawah 10 maka dapat diketahui
bahwa antara antara variabel-variabel independen tidak terdapat gangguan
multikolinearitas, oleh karena itu data dalam penelitian ini telah memenuhi syarat uji
multikolinearitas sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian model regresi.
Uji Autokorelasi
Tabel 4
UJI Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .476a .227 .197 .434123781830105 1.989
a. Predictors: (Constant), ROA, ROE, CGPI, LR
b. Dependent Variable: DA
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel di atas didapat nilai D
hitung
sebesar 1.989 seadangkan nilai dU
sebesar 1.7841 dan nilai 4-dU sebesar 2.2159. sehingga nilai D
hitung
lebih besar dari dU
dan lebih kecil dari 4-dU (dU < d < 4-dU): (1.7481 < 1.989 < 2.2159) yang berarti tidak
ada autokorelasi dalam model regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : data diolah
16
Gambar 1 Grafik Scatterplot
Dari gambar di atas tampak bahwa harga-harga prediksi (Standardized Predicted
Value) dengan harga-harga residual (Standardized Residual) tidak membentuk pola
tertentu seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya
melebar kemudian menyempit. Hal ini berarti tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
Uji Kesesuaian Model
Tabel 5
Uji kesesuaian model
Goodness–of–fit –Index Cutt – off Value Hasil pengujian Keterangan
X2 Chi – Square Statistik Diharapkan kecil (<9.487) 5.435 baik
Probability ≥ 0,05 0.245 baik
RMSEA ≤ 0,08 0.058 baik
GFI ≥ 0,90 0.98 baik
AGFI ≥ 0,90 0.927 baik
CMIN / DF ≤ 2,00 1.359 baik
TLI ≥ 0,95 0.876 marginal
CFI ≥ 0,95 0.95 baik
Sumber : data diolah
Dari hasil uji kesesuaian model tersebut menunjukan bahwa model yang
digunakan dalam penelitian ini cukup baik sehingga model ini dapat digunakan dalam
melihat hubungan antar variabel penelitian.
Pengujian Hipotesis
Tabel 6
Regression Weights
Estimate P
ROA <--- GCG .124 .196
ROE <--- GCG .032 .738
LR <--- GCG .208 .028
DA <--- ROA -.202 .018
DA <--- ROE .049 .564
DA <--- LR .428 ***
17
Sumber : data diolah
Sumber : Output AMOS 18
Gambar 2 Hasil Estimasi Koofisien Persamaan Struktural
Dari table 6 dan gambar 2 dapat dihasilkan persamaan struktural sebagai berikut:
ROA = 0.124(GCG) + e1
ROE = 0.032(GCG) + e2
LR = 0.208(GCG) + e3
DA = -0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
DA = -0.202(0.124(GCG) + e1)+ 0.049(0.032(GCG) + e2)+ 0.428(0.208(GCG) +
e1) + e4
Dari model regresi ROA = 0.124(GCG) + e1 diketahui nilai koefisien regresi
GCG sebesar 0.124 . Hasil ini menjelaskan terdapat hubungan positif antara variabel
GCG terhadap ROA dan berdsarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai p sebesar 0.196
> 0.05, yang berarti hipotesis yang menyatakan penerapan GCG mempengaruhi Return
on Asset perusahaan ditolak.
Dari model regresi ROE = 0.032(GCG) + e2 diketahui nilai koefisien regresi
GCG sebesar 0.032. Hasil ini menjelaskan terdapat hubungan positif antara variabel
GCG terhadap ROE dan berdsarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai p sebesar 0.738
> 0.05, yang berarti hipotesis yang menyatakan penerapan GCG mempengaruhi Return
on Equity perusahaan ditolak.
Dari uraian di atas diketahui bahwa penerapan good corporate governance tidak
perpengaruh terhadap return on asset perusahaan dan good corporate governance tidak
perpengaruh terhadap return on equity perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian
18
Syaidah (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada bukti yang kuat mengenai hubunagan
antara kesuksesan dan corporate governance penting diakui walaupun ada kepercayaan
good governance dapat meningkatkan prospek perusahaan.
Dari model regresi LR = 0.208(GCG) + e3 diketahui nilai koefisien regresi
GCG sebesar 0.208. Hasil ini menjelaskan terdapat hubungan positif antara variabel
GCG terhadap Leverage Ratio dan berdsarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai p
sebesar 0.028 < 0.05, yang berarti hipotesis yang menyatakan penerapan GCG
mempengaruhi Leverage Ratio perusahaan diterima.
Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang menerapkan good corporate
governance dengan baik akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dana dari pihak
ketiga untuk modal kerja. Hal ini sejalan dengan Syaidah dan Pujiati (2008) penerapan
corporate governance yang semakin baik menjadikan perusahaan semakin dipercaya
oleh pihak kreditor, investor serta mitra lain, sehingga perusahaan akan lebih mudah
mendapakan pinjaman dana dari pihak-pihak tersebut.
Dari model regresi DA = -0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
diketahui nilai koefisien regresi ROA sebesar -0.202. Hasil ini menjelaskan terdapat
hubungan negatif antara variabel ROA terhadap variabel DA dan berdsarkan uji
hipotesis diketahui bahwa nilai p sebesar 0.018 < 0.05, yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh Return on Asset terhadap Manajemen Laba diterima.
Hal ini menunjukan semakin tinggi Return on Asset perusahaan akan
mengurangi praktek manajemen laba. Hal ini sejalan dengan Putri (2011) semakin
tinggi Return on Asset perusahaan maka semakin efisien pemanfaatan aktifa perusahaan
sehingga dapat mengurangi tindakan manajer melakukan praktek manajemen laba.
Dari model regresi DA = -0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
diketahui nilai koefisien regresi ROE sebesar 0.049. Hasil ini menjelaskan terdapat
hubungan positif antara variabel ROE terhadap variabel DA dan berdsarkan uji
hipotesis diketahui bahwa nilai p sebesar 0.564 > 0.05, yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh Return on Equity terhadap Manajemen Laba ditolak. Hal ini
berarti Return on Equity tidak dapat dijadikan acuan dalam menentukan tingkat praktek
manajemen laba.
Dari model regresi DA = -0.202(ROA)+ 0.049(ROE)+ 0.428(LR) + e4
diperoleh nilai koefisien regresi LR sebesar 0.428 (tabel 4.7). Hasil ini menjelaskan
19
terdapat hubungan positif antara variabel LR terhadap variabel DA dan berdsarkan uji
hipotesis diketahui bahwa nilai p sebesar ***(kurang dari 0.001) < 0.05, yang berarti
hipotesis yang menyatakan ada pengaruh Leverage Ratio terhadap Manajemen Laba
diterima
Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi leverage ratio akan meningkatkan
aktifitas manajemen laba. Prusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan
menghindari metode akuntansi yang menyebabkan pengurangan laba (Widiyastuti,
2009).
Uji Determinasi
Tabel 7
Squared Multiple Correlations
Estimate
LR .043
ROE .001
ROA .015
DA .222
Sumber : data diolah
Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa GCG didalam mempengaruhi leverage
ratio sebesar 4.3% Sisanya sebesar 95.7% merupakan kontribusi faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. GCG didalam mempengaruhi ROA sebesar 1.5% Sisanya
sebesar 98.5% merupakan kontribusi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
GCG didalam mempengaruhi ROE sebesar 0.01% Sisanya sebesar 99.99% merupakan
kontribusi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Serta pengaruh GCG
terhadap ROA, ROE dan LR didalam mempengaruhi manajemen laba (DA) sebesar
22.2% Sisanya sebesar 77.8% merupakan kontribusi faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
20

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil tersebut diketahui bahwa Good Corporate Governance
berpengaruh positif terhadap manajemen laba melalui Leverage Ratio, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan Good Corporate Governance melalui leverage ratio
belum mampu mengurangi praktek manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu
sebagai berikut:
1. Kelemahan penelitian ini adalah sampel yang digunakan masih terlalu luas
dikarenakan perusahaan yang dijadikan sempel terdiri dari beberapa sektor
industry sehingga kriteria penilaian CGPI yang diberikan berbeda-beda. Jadi
untuk penelitian selanjutnya sampel yang akan digunakan dapat lebih difokuskan
kedalam satu sektor industry seperti manufaktur, telekomunikasi, banking,
tranportasi, pertambangan, dan sebagainya.
2. Bagi penelitian selanjutnya dapat menambahkan beberapa variabel lainnya selain
yang sudah ada dalam penelitian ini. Seperti Net Profit Margin, Operating Profit
Margin, Ukuran Perusahaan dan Sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdelghany, K.E., 20 05, Measuring the quality of earnings. Managerial Auditing
Journal Vol. 20 No. 9, 2005 p. 1001-1015
Achmad, dkk. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba pada
Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Andhika. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan
Asimetri Informasi Dengan Praktik Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di BEI). Semarang : Universitas Diponegoro.
Anita. 2010. Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance dan Manajemen
Laba Terhadap Asimetris Informasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
21
Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jakarta : Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”.
Ardiansari, Anindya, 2009. Analisis pengaruh pengumuman annual repot award pada
good corporate governance terhadap trading volume activity dan abnormal
retrun. Dinamika Manajemen, Vol. 1, no. 1, November 2009.
Astuti. 2004. Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di
Seputar Right Issue. Solo : Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Bian, Hui, 2011, Structural Equetion Modeling With Amos II, Fall 2011. Available online
at http://core.ecu.edu/ofe/StatisticsResearch/SEM with AMOS II.pdf
Budiasih. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Bali :
Universitas Udayana.
Chtourou, SM., Jean Bedard. dan Lucie Courteau. (2001). Corporate Governance and
Earnings Management. Working Paper. Universite Laval, Quebec City, Canada.
April.
Cooper, MJ., et al, 2006. The Iron Status of Canadian Adolescent and Adults: Current
Knowledge and Practical Implication. Canadian Journal of Dietetic Practice and
Research. 2006 Vol 67, No,3
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. 2006. Earnings Management,
Corporate Governance, and True Financial Performance.
Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, (1995), Detecting earnings
management. The Accounting Review 70, 193-225.
Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2004. Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
FCGI. 2001. Corporate Governance : Tata kelola perusahaan. Edisi ketiga. Jakarta
22
FCGI. 2003. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance ( Tata Kelola Perusahaan ). Indonesian Company Law.
Available on-line at www.fcgi.or.id
Freeman, R. Edward. 1994. Strategic Management: A stakeholders Approach. Boston.
Pitman.
Gantyowati, Evi dan Yayuk Sulistiyani., 2008, Reaksi pasar terhadap pengumuman
deviden pada perusahaan yang masuk corporate governance perception index.
Jurnal bisnisn dan akuntansi Vol. 10 No. 3. Desembsr 2008 Hlm. 161-171.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Cetakan
Kelima. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Isnanta. 2008. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Manajemen Laba dan Kinerja. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Jensen, M.C., 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of
Internal Control Systems. The Journal of Finance Vol. 48, No3, 831-880.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics
3. hal. 305-360.
Kurniaty, Dewi, 2008. Penerapan etika bisnis melalui prinsip-prinsip good corporate
governance. Jurnal Universitas Paramadina Vol. 5, No. 3, Desember 2008:221-
231.
Mintara. 2008. Pengaruh Implementasi Corporate Governance Terhadap
Pengungkapan Informasi. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Mutamimah, dkk. 2011. Model peningkatan return saham dan kinerja keuangan
melalui corporate social responsibility dan good corporate governance di bursa
efek Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 4 Vol. 1, april 2011.
23
Nasution, dan Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Jurnal simposium nasional akuntansi X.
Putri N. 2010. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Manajemen
Laba (Studi Kasus Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45). Jakarta :
Universitas Gunadarma
Putri, Wulandari Utami, 2011, Pengaruh karakterisitik perusahaan DAN Pengungkapan
Sukarela Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property
di Indonesia. Surabaya : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Santoso S, 2000, Buku Latihan SPSS Statistic Parametrik. PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta.
Santoso, Singgih, 2007, Konsep Dan Aplikasi Dengan Amos. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Schipper, K. 1989. Commentary: Earnings Management. Accounting Horizons
(December): 91-102.
Sugiarto, 2006, Good Corporate Governance, mapukah meningkatkan kinerja
perusahaan?. Jurnal akuntabilitas, Vol. 6, No. 1 September 2006, hlm. 34-36
ISSN 1412-0240.
Sugiri, S., Earnigs Management: Toeri, Model, dan Bukti Empiris. Telaah, Hal 1-18,
1998.
Sutojo, Siswanto dan E.John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance : Tata
Kelola Perusahaan Yang Sehat. Jakarta : PT.Damar Mulia Pustaka.
Syaidah, Nur dan Diyah Pujiati, 2008, Corpotare Governance dan rasio utang
perusahaan. Jurnal VENTURA Vol. 11, NO. 3, Desember 2008.
Syaidah, Nur, 2007, Pengaruh kualitas Corporate Governance terhadap kinerja
perusahaan public (studi kasus peringkat 10 besar CGPI tahun 2003, 2004,
2005). JAAI Vol 11 No. 1, Juni 2007.
24
Tjager, I.N., Alijoyo, F.A., Djemat, H.R., dan Soembodo, B. 2003. Corporate
Governance. Jakarta : Prenhalindo.
Trihapsari, Elisa, 2006, Analisis Korelasi Penerapan Prisip-prinsip Good Corporate
Governance Dengan Manajemen Laba Pada Emiten Bursa Efek Di Jakarta.
Thesis : Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro.
Ujiyantho dan Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba
Dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur).
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Waluyo, Minto, 2011, Panduan dan Aplikasi Structural Equation Modeling. PT. Index,
Jakarta.
Warsono et al. 2009. Coporate Governance Concept and Model. Yogyakarta : Center
for Good Corporate Governance.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba. Artikel yang
Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 7 Denpasar tanggal 2 -3
Desember 2004
Widilestariningtyas, Ony, 2007, Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) Berdasarkan Corporate Governance Perception Index, Sumber Investasi
Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Indonesia, Vol.1,
Hal 1-12, Desember.
Widiyastuti,Tri, 2009, Pengaruh struktur dan kinerja keuangan terhadap manajemen
laba : studi pada perusahaan manufaktur di BEI. Jurnal MAKSI, Vol. , No. 1,
Januari 2009.
www.idx.co.id
http://www.iicg.org/
http://id.wikipedia.org/wiki/Rupiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar