Pages

Senin, 06 Juli 2015

Bersujud

Bersujud
Berapa banyak orang yang tak pernah bersujud
Berapa banyak orang yang beberapa kali bersujud
Berapa banyak orang yang kadang kala bersujud
Berapa banyak orang yang sering sekali bersujud
Berapa banyak orang yang selalu bersujud

Jadi manusia....
Tak baik jika tak pernah bersujud
Karena artinya kita merasa cukup untuk menjadi tuan bagi diri sendiri
Tapi jika sakit apakah kita masih menjadi tuan bagi diri sendiri
Maka jika mati mengapa tuan mematikan diri sendiri

Jadi manusia....
Kurang baik jika hanya beberapa kali bersujud
Karena artinya kita sering kali merasa cukup untuk menjadi tuan bagi diri sendiri
Tapi sering kali kita tak sanggup menyembuhkan diri sendiri
Maka berapa kali mati sanggup kita hindari sendiri

Jadi manusia....
Belum cukup jika hanya kadang kala bersujud
Karena artinya beberapa kali kita merasa cukup untuk menjadi tuan bagi diri sendiri
Tapi harus berapa kali sakit datang dan terpaksa kita hadapi sendiri
Maka tak juga ingatkah kita pada mati sendiri

Jadi manusia....
Lebih baik jika dalam semua kala bersujud
Karena artinya kita merasa dalam semua kala tak sanggup menjadi tuan bagi diri sendiri
Tapi kadang kala kita memang berhasil menghalau sakit dengan usaha sendiri
Maka berpikirlah kala sakit mengantar kita pada mati sendiri

Jadi manusia....
Tidak cukup jika hanya selalu bersujud
Karena... banyak orang yang mensujudkan diri tapi tidak mensujudkan hati
Tapi... banyak yang hanya mensujudkan diri tidak mensujudkan hati

Maka...banyak orang sujud diri tetapi tidak mau sujud hati
Mungkin ada satu triliyun daun kesombongan dalam hati
Semoga saja satu daun gugur dalam tiap sujud hati
Bukan satu daun tumbuh dalam tiap sujud diri....
( kisah diatas diambil dari buku " tutur bersayap ")


Pengertian Al-Qur’an

Pengertian Al-Qur’an



Secara Bahasa Qara’a mempunyai arti:
mengumpulkan, atau menghimpun menjadi satu 
Kata Qur’an n dan Qira’ah keduanya merupakan masdar (infinitif) diambil dari kata kerja lampau (Fi’il Madhi) yaitu. Qara’a – Qiraatan - Quranan 
Kata Qur’an disebutkan dalam ayat:

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَه

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah: 17-18)

Kata qur’anah pada ayat di atas berarti qiraatuhu yaitu bacaannya atau cara membacanya. 
Terdapat berbagai macam definisi Qur’an, diantaranya definisi menurut Abdul Wahhab Khalaf, yaitu:
Firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Saw dengan peerntara Jibril dalam bahasa Arab. Dan, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta terjaga dari perubahan dan pergantian


Nama Lain Al-Qur’an 


Di dalam al-Qur'an terdapat banyak nama-nama al-Qur'an. Dibalik nama itu kita akan memahami fungsi al-Qur'an.

·  Al-Qur'an
Nama yang paling populer adalah al-Qur'an itu sendiri, Allah menyebutkannya 58 kali. Penyebutan berulang-ulang itu menjadi peringatan bagi kita agar Al-Qur'an selain bacaan juga merupakan petunjuk dalam hidup (QS 2: 185)

·  Al-Kitab
Artinya, wahyu yang tertulis. Menurut Syaikh Abdullah ad Diros, penamaan dengan al-Kitab menunjukkan bahwa al-Qur'an tertulis dalam mushaf dan hendaknya melekat di dalam hati. Rasulullah bersabda: “Orang yang di dalam hatinya tidak ada sedikitpun al-Qur'an, bagaikan rumah yang rusak” (al-Hadist)

·  Al-Huda 
Artinya, petunjuk (QS 2:2). Sebagai petunjuk (al-Huda) merupakan fungsi utama dari diturunkannya al-Qur'an (QS 2:185). Kita tidak dapat menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk jika kita tidak membaca dan memahaminya, serta mengamalkannya dengan baik.

·  Rahmah 
Berarti rahmat, terutama bagi orang-orang yang beriman (QS 17:82).

·  Nur 
Berarti cahaya penerang. Konsekuensi dari pemahaman ini adalah dengan menjadikan al-Qur'an sebagai cahaya yang menerangi jalan hidup kita (QS 5:15-16). Kita melihat tuntunan al-Qur'an, kemudian melangkah dengan tuntunan itu.

·  Ruh
Berarti ruh sebagai penggerak (QS 16:2). Ruh menggerakkan jasad manusia. Dengan nama ini Allah SWT ingin agar al-Qur'an dapat menggerakkan langkah dan kiprah manusia. Terutama perannya untuk memberikan peringatan kepada seluruh manusia bahwa tidak ada Ilah selain Allah

·  Syifa’
Berarti obat (QS 10:57). Al-Qur'an merupakan obat penyakit hati dari kebodohan, musyrik, kekafiran dan munafik.

·  Al-Haq
Berarti kebenaran (QS 2:147).

·  Bayan
Berarti penjelasan atau penerangan (QS 3:138; 2:185).

·  Mauizhoh
Berarti pelajaran dan nasehat (QS 3:138).

·  Dzikr 
Berarti yang mengingatkan (QS 15:9).

·  Naba’
Berarti berita (QS 16:89). Di dalam al-Qur'an memuat berita-berita umat terdahulu dan umat yang akan datang 

Fungsi dan kedudukan Al-Qur'an 

Fungsi utama dari al-Qur'an adalah sebagai petunjuk dan sumber hidayah Selain itu Al-Qur'an memiliki fungsi lainnya, antara lain:

·  Kitab yang berisi berita (an-Naba’ wal akhbar) (QS 78:1-2)
·  Kitab yang berisi hukum syariat (al-hukmu wasy syari’ah) (QS 5:49-50)
·  Kitab yang berisi perjuangan di jalan Allah (Kitabul Jihad) (QS 29:69)
·  Kitab yang berisi pendidikan (Kitabut tarbiyyah) (QS 3: 79)

·  Kitab yang berisi ilmu pengetahuan (Kitabul ‘Ilm)

Para Penulis Al-Quran di Peride Para Nabi

Para Penulis Wahyu di Periode Mekkah
Diantara para penulis Al-Qur’an di masa Nabi Saw sekaligus sebagai sekertaris Nabi adalah:
Abdullah bin Sa'd bin Abi Sharh dan Khalid bin Sa'id bin 'Ash yang pernah mengatakan: Sayalah orang pertama yang menuliskan BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM. Al-Kattani menceritakan bahwa saat Rafi' bin Malik Al-Anshari ra ikut dalam bai'at Aqabah, maka Nabi Saw menyerahkan semua ayat-ayat yang telah diturunkan, dan saat kembali ke Madinah Rafi' mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan ayat-ayat tersebut di depan mereka

Penulis Wahyu Periode Madinah
Dalam periode ini tercatat sekurangnya 60 sahabat pencatat Al-Qur'an. Diantaranya: Abubakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin 'Affan, Ali bin Abi Thalib, 'Abban bin Sa'id, Abu Umamah Al-Bahili, Abu Ayyub Al-Anshari, Abu Salamah, Ubayy bin Ka'ab, Al-Arqam bin Abil Arqam, Usaid bin Hudhair, Tsabbit bin Qays, Ja'far bin Abi Thalib, Jahm bin Sa'ad, Hathib bin Abi Baltha'ah, Hudzaifah Ibnil Yaman, Hanzhalah, Khalid bin Sa'id, Zubair bin Awwam, Zaid bin Tsabbit, Sa'ad Ibnu Rabi', Sa'ad bin Ubadah, Syurahbil bin Hasna, Amir bin Fuhaira', AbduLLAH bin Rawahah, AbdullAH bin 'Amr bin 'Ash, Amr bin Ash, Muhammad bin Maslamah, Mu'adz bin Jabal, Mu'awiyyah bin Abi Sufyan, dan lain-lain.

Metode Pencatatan Wahyu Periode Madinah
Setiap wahyu yang turun, Nabi memanggil para kuttab (penulis/sekertaris) beliau untuk mencatat wahyu tersebut. Seperti yang diceritakan Zaid bin Tsabbit bahwa ia sering dipanggil oleh Nabi jika ada wahyu turun

Cara Penulisan Wahyu di Kalangan Sahabat
Para sahabat di era Kenabian yang telah pandai membaca & menulis sangat gemar menulis Al-Qur'an, sampai-sampai nabi SAW melarang mereka selain Al-Qur'an & memerintahkan mereka menghapusnya (catatan hadist).
Karena Nabi Saw tidak mau jika ada yang menulis Al-Qur’an dan hadist dalam satu catatan karena ditakutkan tercampur antara Al-Qur’an dengan hadist. Demikian tinggi semangat para sahabat ra dalam menuliskan Al-Qur'an sehingga mereka yang buta huruf hadir juga di mesjid membawa tinta & kulit lalu meminta orang lain untuk menuliskan untuk mereka.

Pelajaran Yang Dapat Dipetik
Demikian tinggi kecintaan sahabat kepada Al-Qur’an dan Ilmu pengetahuan Islam. Mereka sampai menuliskannya pada lembaran kulit. Kayu dan kertas meskipun kertas itu sendiri di masa itu sangat sulit di dapat. Bahkan yang buta huruf sekalipun sampai sampai memaksakan diri menulisnya meskipun meminta orang lain untuk menulisnya.
Pantaslah mereka mendapat pangkat terhormat di sisi Allah Swt karena memuliakan Al-Qur’an dan menjunjung tinggi Ilmu Islam. Mengamalkan Al-Qur’an sendiri adalah akktifitas yang akan berlanjut setelah seseorang mencintai Al-Qur’an setelah mempelajarinya.

BERSAMBUNG...


Mukjizat Al-Qur’an

I. I’Jaz dan Mukjizat Al-Qur’an
Akar kata I’jaz diambil dari mashdar dari kata ‘ajaza-yu’jizu-i’jazan yang berarti Tidak berdaya atau ketidakmampuaan seseorang akan sesuatu..
Sedangkan mukjizat berarti: 
Kejadian atau peristiwa luar biasa (khoriq al-‘adah) yang disertai tantangan (untuk menirunya), yang ada pada diri seseorang yang berasal dari Allah untuk menguatkan risalah yang diembannya
Sesuatu dapat dinilai sebagai mukjizat bila memiliki tiga aspek:

·  Tantangan, untuk mengungguli atau setidaknya menyamai kemampuan yang dimilkinya
·  Kepastian tidak adanya orang lain yang mampu mengungguli atau menyamainya
·  Kesempatan bagi orang lain untuk mengungguli atau menyamainya.

II. Bentuk Mukjizat
Mukjizat dibagi dua kategori:

·  Mu’jizat Indrawi (Hissiyyah) 
Mukjizat jenis ini diderivasikan pada kekuatan yang muncul dari segi fisik yang mengisyaratkan adanya kekuatan di luar nalar pada seorang nabi. Contohnya mukjizat laut yang dibelah oleh Nabi Musa, api menjadi dingin dalam kasus Nabi Ibrahim dan lainnya..

·  Mukjizat Rasional (’aqliyah) 
Mukjizat ini berupa kemampuan intelektual yang rasional seperti Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad. Dan mukjizat ini akan terus belangsung hingga hari kiamat. 
Meskipun al-Quran diklasifikasian sebagai mukjizat rasional ini tidak serta merta menafikan mukjizat-mukjizat fisik yang telah dianugerahkan Allah kepadanya untuk memperkuat dakwahnya

III. Perbandingan Mukjizat Al-Quran Dengan Kitab Sebelumnya

·  Mukjizat Nabi sebelumnya bersifat fisik (hissiyah), dan akan lenyap dengan berlalulnya waktu. Sedangkan Al-Quran adalah mukjizat yang terjaga, abadi dan berkelanjutan. Karenanya hingga hari ini masih banyak temuan-temuan tentang mukjizat Al-Quran.
·  Mukjizat Nabi-nabi sebelumnya hanya berkisar peristiwa yang bisa dilihat oleh panca indera semata. Sedangkan mukjizat Al-Quran mengarah pada keterbukaan hati dan akal. Sehingga pengaruhnya akan bertahan lama
·  Mukjizat Nabi sebelumnya di luar konteks dakwah dan mukjizat yang yang ada untuk mendukung atau pembuktiaan utusan Allah Swt. Contohnya menghidupkan orang mati, tongkat menjadi ular dan lainnya. Yang sebenarnya tidak berhubungan dengan materi kitab Taurat dan Injil. Sementara Al-Quran adalah mukjizat yang mendukung dakwah kenabian Muhammad Saw.

IV. Aspek Mukjizat Al-Qur’an

·  Keindahan Bahasa dan Keindahan Redaksi Al-Qur’an ( I'jaz Lughowi) 
Meskipun bangsa Arab telah memiliki tata bahasa yang tinggi nilai keindahannya (balaghah), mereka pun dikenal sangat baik dalam menyampaikan penjelasan penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun kata-kata, serta kelancaran logika.
Begitu pula ketinggian dalam bahasa dan sastra, karena sebab itulah Al-Quran menantang mereka agar bisa membuat satu ayat saja dari Al-Qur’an. Namun mereka tidak mampu melakukannya

·  Aspek Penunujukan Ilmiah ( I'jaz Ilmi) 
1. Stimulasi Al-Quran kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya sendiri dan memikirkan kejadian di alam semesta. 
2. Al-Quran dalam mengemukakan argument serta penjelasan ayat-ayat ilmiah, diantaranya:
A. Isyarat tentang Sejarah Tata Surya 
Allah SWT berfirman: Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30). 
B. Isyarat tentang Fungsi Angin dalam Penyerbukan Bunga 
Allah SWT berfirman: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr: 22) 
C. Isyarat tentang Sidik Jari manusia 
Allah SWT berfirman: “Bukan demikian, Sebenarnya kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.” (QS Al-Qiyamah 4)

·  Aspek Sejarah & Berita Ghaib (I'jaz Tarikhiy)
·  Sejarah generasi masa lampau.
·  Kegaiban Masa Kini 
Diantaranya terbukanya niat busuk orang munafik di masa Rasulullah. Allah Swt berfirman : Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.(QS. Al-Baqarah: 204)

·  Ramalan kejadian masa mendatang
Diantaranya ramalan kemenangan Romawi atas Persia di awal surat ar-Ruum. 
Aspek Ketetapan Hukum ( I'jaz Tasyri'i) 
Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari penyebabnya selain bahwa al-Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa al-Quran untuk mengatur kehidupan manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Meskipun memang banyak aturan hukum dari Al-Quran yang secara 'kasat mata' terlihat tidak adil, kejam dan sebagainya, tetapi sesungguhnya di balik itu ada kesempurnaan hukum yang tidak terhingga.
Diantara produk hukum Al-Quran yang menakjubkan antara lain :

·  Hukuman Hudud bagi pelaku Zina, Pencurian, dsb (QS An-Nuur 2-3)
·  Hukuman Qishas bagi Pembunuhan ( QS Al-Baqoroh 178-180)
·  Hukum Waris yang detil (QS An- Nisa 11-12)
·  Hukum Transaksi Keuangan dan Perdagangan.(QS. Al-Baqarah: 282
·  Hukum Perang & Perdamaian. (QS Al-Anfal 61) 
Dan lainnya

Keterangan Tambahan 
Ada beberapa istilah namun berbeda dalam peranannya yaitu:

·  Mukjizat: adalah peristiwa luar biasa (Khawariq 'Adah) yang terjadi atau terdapat pada seorang Nabi. Dan orang biasa lainnya tidak mampu melakukannya. Dan mukjizat ini hanya diperuntukan bagi Nabi sebagai tanda atau kegimitasi kenabian
·  Karomah: adalah sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri seseorang yang dekat kepada Allah, seperti para Wali, para ulama. Karomah ini adalah sebagai bukti bantuan Allah bagi seseorang yang berdakwah di jalan Allah. Namun biasanya karomah ini tidak dirasakan oleh orang itu. Namun peristiwa luar biasa ini bukan sesuatu yang harus dikultuskan namun hanya sekedar pemberitahuan bahwa ia memang orang yang dikasihi Allah. Dan karomah ini bukan sesuatu yang dicari dengan sengaja oleh yang bersangkuitan (Bil Kasb)
·  Ma'unah; Yaitu orang yang diberi kemampuan di atas rata-rata, dan orang ini bisa jadi bukan seorang wali atau ulama. Namun seorang hamba yang taat beribadah. Baik kemampuan ini diperoleh dengan mencari misalnya setriang berpuasa atau lainnya ataupun datang dengan sendirinya (bighori Kasb)

·  Istidraj (tipu daya Syetan): Adalah kemampuan seseorang di batas kewajaran dan orang ini bukan termasuk ulama, orang soleh. Malah dia seorang pendurhaka ataupun bukan orang soleh. Artinya bahwa yang dimilkinya berasal dari setan dan pastinya akan menyesatkan manusia.
Hati-hatilah:
Dengan Demikian ketika seseorang memilki dimensi Supernatural jangan dianggap hebat dulu. Karena hal itu bisa didapat dengan susah payah ataupun datang dengan tiba-tiba. Kecuali mukjizat ataupun karomah. Dengan mempercayai seseorang yang tidak dalam kategori Soleh atau taat maka ia terjerumus dalam kesesatan dan kemusyrikan, meskipun apa yang dilihat, disaksikan benar semua. Maka berhati-hatilah kemusyrikan ada dimana-mana.