ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN
FANI YULIA ROSYADA
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
fani_yrosyada@yahoo.co.id
ABSTRACT
Study
is to examine empirically the Corporate Governance effect of earnings
management,
Corporate
Governance effect on financial performance, and the earnings management effect
on
financial
performance. This research method consists of statistical descriptive by SPSS
17
program
and statistical analysis with path analysis by AMOSS 18 program. The results of
this
study
prove that Corporate Governance mechanism is not proven effect toward earnings
management,
but Corporate Governance mechanism X1, X2 and X3 (institutional ownership,
managerial
ownership, independent commissioner) proved to effect toward financial
performance.
While earnings management also proved to effect toward financial performance.
Keywords:
Corporate Governance, Earnings Management, and Financial Performance.
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui secara empiris pengaruh Corporate
Governance tehadap
manajemen laba, pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja keuangan, dan pengaruh
manajemen laba terhadap kinerja keuangan. Metode penelitian ini
terdiri dari statistik desktiptif
dengan program SPSS 17 dan analisis statistik dengan analisis
jalur AMOS 18. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa mekanisme Corporate Governance tidak terbukti berpengaruh terhadap
manajemen laba, namun mekanisme Corporate Governance X1, X2 dan X3 (kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen)
terbukti berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Sedangkan manajemen laba juga terbukti
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Kata
kunci : Corporate Governance, manajemen laba dan kinerja keuangan.
PENDAHULUAN
Perekonomian Indonesia pada tahun 1998 merupakan kondisi terburuk
sepanjang sejarah negara kita. Dimana Indonesia mengalami krisis
keuangan yang
berkepanjangan karena lamanya proses perbaikan dan tidak adanya
diskusi mengenai
tata kelola korporasi. Apalagi pada saat itu banyak pihak baik
individu maupun
perusahaan atau badan usaha lebih mementingkan egoisme sehingga
tidak terdapat
hubungan antara pegawai dengan perusahaan (stakeholder) dalam menentukan arah
kinerja perusahaan. Sejak saat itulah, baik pemerintah maupun
investor mulai
memberikan perhatian lebih dengan membuat pedoman Good
Corporate Governance.
Hasilnya bisa kita lihat beberapa tahun terakhir ini pemerintah
banyak mengadakan
penghargaan melalui pemeringkatan CGPI (Corporate
Governance Perception Index)
seperti Indonesia Quality Award (IQA) dan Annual Report Award (ARA).
Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian Isnanta (2008) dengan
objek penelitian
perusahaan go public di BEI. Konsep Indikator mekanisme Corporate
Governance
terdiri dari: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independent dan komite
audit. Hal lain yang juga memotivasi peneliti adalah adanya
perbedaan antara hasil
penelitian yang dilakukan Boediono (2005), serta Ujiyantho (2007).
Penelitian Isnanta (2008) menunjukkan bahwa Corporate
Governance dan
struktur kepemilikan tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen
laba. Karena
sampel tidak homogen dan hasil penelitiannya lebih didukung oleh
faktor luar, tidak
hanya meliputi kepemilikan manajerial, dewan komite dan komite
audit saja tapi juga
kepemilikan institusional, karyawan dan publik atau masyarakat.
Sedangkan untuk
struktur kepemilikan penelitiannya berfokus pada kepemilikan
terkonsentrasi saja.
Meskipun begitu penelitiannya dapat membuktikan adanya pengaruh
struktur
kepemilikan terhadap kinerja keuangan. Dan sebaliknya manajemen laba
tidak terbukti
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Penelitian Boediono (2005) menyatakan bahwa manajemen laba akan
sangat
mempengaruhi tingkat kualitas laba yang dilaporkan oleh manajemen.
Ujiyantho (2007)
menyatakan bahwa Corporate Governance tidak memiliki pengaruh seutuhnya terhadap
manajemen laba dan begitu juga pengaruh manajemen laba terhadap
kinerja keuangan.
Hal ini sama dengan hasil penelitian Isnanta (2008) yaitu lebih
didukung oleh faktor
lain di luar objek penelitian.
LANDASAN
TEORI
Teori
Agensi
Teori agensi muncul karena adanya masalah perbedaan kepentingan
yang timbul
dari konsep pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan. Teori agensi
mendasarkan hubungan kontrak antara principal/pemegang saham/pemilik dan
agent/manajemen/direksi. Menurut teori ini hubungan
antara pemilik dan manajer pada
hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling
bertentangan (Conflict
of
Interest). Agency
theory memfokuskan pada penentuan
kontrak yang paling efisien
yang mempengaruhi hubungan principal dengan agent Prasetyantoko (2008:68).
Corporate
Governance
Dalam arti sempit pada dasarnya Corporate Governance berbicara tentang dua
aspek yakni governance structure atau board structure dan governance process atau
governance
mechanism pada perusahaan Alijoyo
(2004:2).
Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate
Governance, seperti
The
Indonesian Institute for Corporate Governance atau IICG mendefinisikan
Corporate
Governance sebagai proses dan struktur
yang diterapkan dalam menjalankan
perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham
dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
yang lain
(www.iicg.org/glosarium).
Corporate
Governance menurut Forum
for Corporate Governance in
Indonesian
(FCGI) didefinisikan
sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan
serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
sehubungan dengan
hak-hak dan kewajibannya, atau dengan kata lain sistem yang
mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan (www.iicg.org/glosarium).
Corporate
Governance menurut Organization
for Economic Cooperation and
Development
(OECD) mengacu kepada
pembagian kewenangan antara semua pihak
yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan (www.iicg.org/glosarium).
Kesimpulannya Corporate Governance adalah serangkaian mekanisme untuk
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sesuai dengan harapan
para pihak yang
berkepentingan lainnya. Dimana praktik tata kelola perusahaan yang
nantinya memiliki
dua hasil yaitu menjadi baik (Good Corporate
Governance) atau tetap menjadi buruk
(Bad Corporate Governance). Setiap perusahaan pasti menginginkan praktik tata kelola
yang mampu membuat kinerja perusahaan menjadi baik atau meningkat,
maka
perusahaan harus melaksanakan aturan-aturan yang dibuat pemerintah
untuk menjadi
pedoman dalam Good Corporate Governance (GCG). Selain itu dalam pengertian teori
agensi makna Corporate Governance merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk
menjalankan usahanya
secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
Mekanisme
Corporate Governance
Praktek Corporate Governance dalam penelitian ini diukur melalui kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan
komite audit serta
struktur kepemilikan. Berikut penjelasannya :
1. Kepemilikan Institusional
Investor institusional sering disebut sebagai investor yang
canggih (sophisticated)
sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode
sekarang dalam
memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional.
Hasil hasil penelitian
Jiambavo et al yang dijelaskan dalam penelitian Vinola menyatakan
bahwa ada efek
feedback
dari kepemilikan
instusional yang dapat mengurangi pengelolaan laba yang
dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan laba tersebut efisien maka
kepemilikan
institusional yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba
tetapi jika pengelolaan
laba yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan
institusional yang
tinggi akan mengurangi earnings management (Herawaty, 2007).
2. Kepemilikan Manajerial
Jensen dan Meckling menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berhasil menjadi
mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan
menyelaraskan
kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian
mereka
menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham
eksternal dapat
disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga
manajer tidak akan
memanipulasi laba untuk kepentingannya (Herawaty, 2007).
3.
Komisaris Independen
Pada dasarnya semua komisaris bersifat independent, dalam pengertian mereka
diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara independen,
semata-mata demi
kepentingan perusahaan, tanpa pengaruh dari berbagai pihak
lainnya. Keberadaan
komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang
lebih objektif dan
menempatkan kesetaraan (fairness) diantara berbagai kepentingan perusahaan dan
kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan
keputusan oleh
dewan komisaris. Untuk lebih memantapkan efektivitas komisaris
independen, jumlah
komisaris independen paling sedikit 30% dari seluruh jumlah
komisaris atau paling
sedikit 1 (satu) orang (tertera pada peraturan dalam surat direksi
nomor kep-
305/BEJ/07/2004).
4.
Komite Audit
Dalam bukunya Alijoyo (2004:98) menjelaskan bahwa gagasan dasar
dalam
pembentukan komite audit adalah untuk memberdayakan fungsi
komisaris dalam
melakukan pengawasan. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan
perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance), BEI mewajibkan perusahaaan tercatat wajib
memiliki komisaris independen dan komite audit. Keanggotaan komite
audit sekurangkurangnya
3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan
tercatat
sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain adalah pihak
ekstern yang
independen dan minimal salah seorang memiliki kemampuan di bidang
akuntansi dan
keuangan (tertera pada peraturan dalam surat direksi nomor
kep-305/BEJ/07/2004).
5.
Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan perusahaan memiliki peran penting dalam
hubungannya dengan
kebijakan utang perusahaan. Dengan terkonsentrasinya kepemilikan
perusahaan maka
kontrol ada pada pemilik saham mayoritas dan bisa mempengaruhi
kebijakan
menejemen melalui hak suara. Pemilik memerlukan bondholder
untuk melakukan
pengawasan terhadap menejemen perusahaan, agar menejemen lebih
efisien dalam
mengelola perusahaan, tetapi mereka tidak menyukai pergeseran
kemakmuran dari
pemegang saham kepada bondholders. Dengan memegang kontrol terhadap perusahaan,
maka masalah keagenan berkurang, logikanya pemegang saham juga
akan mengurangi
mekanisme monitoring dari pihak ketiga. Dengan demikian mereka akan
mengurangi
utang dan mendapat manfaat karena aliran kas ke pemegang saham
menjadi lebih besar
(Yohana, 2008).
Menejemen
laba
Menejemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak
manajemen
yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang
menjadi
tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan
atau penurunan
profitabilitas
perusahaan untuk jangka
panjang. Dengan demikian, manajemen laba
dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen laba yang
mempengaruhi laba yang
dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada
perusahaan, sehingga
dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan
membahayakan
perusahaan.
Manajemen laba dikenal juga sebagai rekayasa laba. rekayasa laba
dilakukan
oleh manajer atau penyusun laporan keuangan karena mengharapkan
suatu manfaat dari
tindakan yang dilakukan. Rekayasa laba dapat memberikan gambaran
tentang perilaku
manajer dalam melaporkan kegiatan usaha pada suatu periode
tertentu, yaitu adanya
kemungkinan motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk
merekayasa data
keuangan Hery (2009:180).
Kinerja
Perusahaan
Penelitian ini membahas bagaimana mekanisme Corporate
Governance
mempengaruhi kinerja keuangan sehingga akhirnya dapat meningkatkan
nilai
perusahaan. Pelaksanaan Corporate Governance yang baik dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku akan membuat investor memberikan respon positif
terhadap kinerja
perusahaan dan nilai pasar perusahaan. Melalui peningkatan kinerja
perusahaan akan
menurunkan biaya modal, sementara itu investasi terhadap
perusahaan akan meningkat
dan harga saham akan meningkat pula. Kinerja perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidak terkonsentrasinya
kepemilikan, manipulasi
laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak
terkonsentrasi
oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan
meningkatkan kinerja
perusahaan. Pengungkapan laporan keuangan akan memberikan
informasi yang berguna
bagi pemakai laporan keuangan dan sebagai salah satu aspek GCG
dapat digunakan
untuk melihat baik tidaknya kinerja perusahaan.
METODE
PENELITIAN
Populasi
dan Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2005 sampai dengan 2009. Berdasarkan
kebutuhan
informasi maka populasi penelitian adalah perusahaan yang bergerak
di bidang
perdagangan, jasa, perkapalan, pertambangan dan komunikasi.
Perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria
yang sangat penting
yaitu perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan untuk tahun
periode 2005 hingga
tahun 2009. Dan memiliki informasi lengkap melingkupi kepemilikan
manajerial,
dewan komisaris independan dan dewan komite audit. Adapun
perusahaan-perusahaan
yang telah ditentukan untuk menjadi sampel tersebut dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel
1.
Sampel
Penelitian
No
Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1. PT AKR Corporindo Tbk. AKRA
2. PT Aneka Tambang (persero) Tbk. ANTM
3. PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. APOL
4. PT Berlian Laju Tanker Tbk. BLTA
5. PT Indosat Tbk. ISAT
6. PT Intraco Penta Tbk. INTA
7. PT Kalbe Farma Tbk. KAEF
8. PT Lautan Luas Tbk. LTLS
9. PT Multi Indocitra Tbk. MICE
10. PT Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS
11. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. RALS
12. PT Siantar Top Tbk. STTP
13. PT Sona Topas Tourism Industri Tbk. SONA
14. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk. PTBA
15. PT Tira Austenite Tbk. TKGA
16. PT Toko Gunung Agung Tbk. TIRA
Jenis
dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Jenis data yang
digunakan
adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber meliputi
buku referensi,
literatur dan data yang diambil dari IDX Statistik dan www.iicg.org
.
Variabel
dan Hipotesis
Variabel
Dependen/Endogen
Variabel dependen/endogen adalah variabel tidak bebas yang keadaannya
merupakan sesuatu yang dipengaruhi atau diakibatkan oleh variabel
independen (Y).
Variabel dependen dalam penelitian ini ada dua yaitu, Manajemen
Laba (Y1) dan
Kinerja Keuangan (Y2).
Variabel
independen/eksogen
Variabel independen/eksogen adalah suatu variabel yang keadaanya tidak
dipengaruhi oleh variable lainnya. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah
mekanisme Corporate Governance (X). Dalam hal ini dapat dijelaskan Corporate
Governance
melalui kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris, komite audit dan struktur kepemilikan.
Tabel
2.
Operasional
Variabel Penelitian
Variabel
Indikator Skala
Variabel
Eksogen
1.
Corporate Governance
a. Kepemilikan Institusional
b. Kepemilikan Manajerial
c. Komisaris Independen
d. Komite Audit
Persentase jumlah saham yang dimiliki instititusional dari
total saham beredar.
Persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari
total saham beredar.
Persentase jumlah dewan komisaris dari luar dari seluruh
anggota dewan.
Persentase jumlah anggota luar komite audit terhadap
seluruh anggota.
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
e. Struktur Kepemilikan
- Kepemilikan Tersebar
- Kepemilikan Terkonsentrasi
Persentase jumlah saham yang dimiliki pemegang saham
non-pengendali dari total saham beredar (diwakili oleh
variabel dummy yaitu nilai 0).
Persentase jumlah saham yang dimiliki pemegang saham
pengendali dari total saham beredar (diwakili oleh variabel
dummy
yaitu nilai 1).
Nominal
Nominal
Variabel
Endogen
2. Manajemen Laba
3. Kinerja Keuangan
Perbandingan antara rasio akrual modal kerja (selisih
perubahan aktiva lancar, hutang lancar dan kas/setara kas)
dengan penjualan
Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan Cash
Flow
Return
on Asset (CFROA), yaitu perbandingan
antara laba
sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dengan total
aktiva.
Rasio
Rasio
Alat
Analisis yang Digunakan
Analisis
Deskriptif
Dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 uji statistik
deskriptif
dilakukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diuji
pada setiap
hipotesis, bagaimana profil perusahaan dan distribusi
variabel-variabel tersebut.
Hasil statistik deskriptif dalam SPSS 17 menjelaskan mengenai
seberapa besar
persentase peranan variabel-variabel yang diteliti.
Analisis
Statistik
Menggunakan analisis jalur yang dilakukan dengan bantuan statistik
yang
terdapat dalam text output program AMOS 18 yaitu pada tabel Regression
Weight.
Variabel dikatakan berpengaruh jika nilai probabilitas ≥ koefisien
beta atau p < 0,05.
Perumusan
Hipotesis
1.
H1 = Mekanisme Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen
laba
Karena mekanisme Corporate Governance dalam penelitian meliputi lima objek
maka hipotesis yang ditetapkan :
a. Ho1 : tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan
institusional terhadap
manajemen laba.
Ha1 : terdapat pengaruh antara kepemilikan
manajerial terhadap manajemen laba.
b. Ho2 : tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan
manajerial terhadap manajemen
laba.
Ha2 : terdapat pengaruh antara kepemilikan
manajerial terhadap manajemen laba.
c. Ho3 : tidak terdapat pengaruh antara komisaris
independen terhadap manajemen
laba.
Ha3 : terdapat pengaruh antara komisaris independen
terhadap manajemen laba.
d. Ho4 : tidak terdapat pengaruh antara komite audit
terhadap manajemen laba.
Ha4 : terdapat pengaruh antara komite audit terhadap
manajemen laba.
e. Ho5 : tidak terdapat pengaruh antara struktur
kepemilikan terhadap manajemen
laba.
Ha5 : terdapat pengaruh antara struktur kepemilikan
terhadap manajemen laba.
2.
H2 = Mekanisme Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja
keuangan
a. Ho1 : tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan
institusional terhadap kinerja
keuangan.
Ha1 : terdapat pengaruh antara kepemilikan
institusional terhadap kinerja
keuangan.
b. Ho2 : tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial
terhadap kinerja
keuangan.
Ha2 : terdapat pengaruh antara kepemilikan
manajerial terhadap kinerja keuangan.
c. Ho3 : tidak terdapat pengaruh antara komisaris
independen terhadap kinerja
keuangan.
Ha3 : terdapat pengaruh antara komisaris independen
terhadap kinerja keuangan.
d. Ho4 : tidak terdapat pengaruh antara komite audit
terhadap kinerja keuangan.
Ha4 : terdapat pengaruh antara komite audit terhadap
kinerja keuangan.
e. Ho5 : tidak terdapat pengaruh antara struktur
kepemilikan terhadap kinerja
keuangan.
Ha5 : terdapat pengaruh antara struktur kepemilikan
terhadap kinerja keuangan.
3.
H3 = Manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan
- Ho : tidak terdapat pengaruh antara manajemen laba terhadap
kinerja keuangan.
Ha : terdapat pengaruh antara manajemen laba terhadap kinerja
keuangan.
ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
Analisis
Hasil Penelitian
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dalam mekanisme Corporate
Governance
terhadap manajemen laba dan
kinerja keuangan, peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan uji statistik regression
weight. Untuk melakukan
pengujian, peneliti menggunakan bantuan program Amos 18 dan hasil
perhitungan
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel
3.
Regression
Weight
Estimate S.E. C.R. P Label
Y1 <--- X1 ,082 ,208 ,392 ,695 par_1
Y1 <--- X2 ,136 ,184 ,738 ,460 par_2
Y1 <--- X3 ,427 ,360 1,186 ,236 par_3
Y1 <--- X4 -,421 ,285 -1,477 ,140 par_4
Y1 <--- X5 ,049 ,065 ,752 ,452 par_5
Y2 <--- X1 -,227 ,102 -2,215 ,027 par_6
Y2 <--- X2 -,225 ,091 -2,484 ,013 par_7
Y2 <--- X3 -,434 ,178 -2,436 ,015 par_8
Y2 <--- X4 ,009 ,142 ,066 ,947 par_9
Y2 <--- X5 ,059 ,032 1,846 ,065 par_10
Y2 <--- Y1 ,126 ,055 2,282 ,022 par_11
Sumber : Hasil Perhitungan AMOS 18
Pembahasan
Hasil Penelitian
Dari hasil analisis regresi yang ditunjukkan pada tabel 3, maka
hasil pengujian
hipotesis sebagai berikut.
1.
Pengujian Hipotesis antara mekanisme Corporate Governance (X) dengan
Manajemen
Laba (Y1)
- Variabel X1 (kepemilikan institusional) tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap Y1, karena koefisien jalur 0,082 dan probabilitas
sebesar 0,695 > 0,05.
- Variabel X2 (kepemilikan manajerial) juga tidak berpengaruh
terhadap Y1, hasil
menunjukkan karena koefisien jalur 0,136 probabilitas sebesar
0,460 > 0,05.
- Variabel X3 (komisaris independen) juga tidak berpengaruh
terhadap Y1, hasil
menunjukkan karena koefisien jalur 0,427 probabilitas sebesar
0,236 > 0,05.
- Variabel X4 (komite audit) tidak berpengaruh terhadap Y1,
karena hasil karena
koefisien jalur -0,421 probabilitas sebesar 0,140 > 0,05.
- Variabel X5 (struktur kepemilikan) hasil regresi menunjukkan
karena koefisien
jalur sebesar 0,049 dan probabilitas 0,452 > 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa
struktur kepemilikan tidak memiliki pengaruh dalam manajemen laba.
2.
Pengujian Hipotesis antara mekanisme Corporate Governance (X) dengan
Kinerja
Keuangan (Y2)
- Variabel X1 (kepemilikan institusional) dengan koefisien
jalur sebesar -0,227
berpengaruh secara signifikan terhadap Y1, karena probabilitas sebesar 0,027 <
0,05.
- Variabel X2 (kepemilikan manajerial) dengan koefisien jalur
sebesar -0,225
terdapat pengaruh secara signifikan terhadap Y2, karena probabilitas sebesar 0,013
< 0,05.
- Variabel X3 (komisaris independen) dengan koefisien jalur
sebesar -0,434 terdapat
pengaruh terhadap Y2, hasil menunjukkan probabilitas sebesar 0,015
< 0,05.
- Variabel X4 (komite audit) dengan koefisien jalur sebesar
0,009 tidak terdapat
pengaruh terhadap Y2, karena hasil probabilitas sebesar 0,947 >
0,05.
- Variabel X5 (struktur kepemilikan) dengan koefisien jalur
sebesar 0,059 tidak
terdapat pengaruh terhadap Y2, karena hasil probabilitas
sebesar 0,065 > 0,05.
Dengan kata lain hasil pengujian menyatakan bahwa dalam mekanisme Corporate
3.
Pengujian Hipotesis antara mekanisme Manajemen Laba (Y1)
dengan Kinerja
Keuangan
(Y2)
Dari hasil pengujian manajemen laba terbukti memiliki pengaruh
terhadap kinerja
keuangan, koefisien jalur 0,126 karena hasil probabilitas sebesar
0,022 < 0,05.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan
bahwa Mekanisme Corporate Governance tidak memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba. Hasil pengujian menyatakan bahwa dalam mekanisme Corporate
Governance, baik kepemilikan instutisional, kepemilikan
manajerial, dewan komisaris
independen dan dewan komite audit serta struktur kepemilikan tidak
memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba.
Mekanisme Corporate Governance memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan, hal ini dijelaskan oleh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan
komisaris independen. Dan Manajemen laba memiliki pengaruh
terhadap terhadap
kinerja keuangan.
Saran
Bagi perusahaan baiknya melakukan ancaman pemecatan, ancaman
pengambilalihan,
dan penataan insentif manajer. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kontrakdisi
antara Corporate Governance dengan teori akuntansi perusahaan dan manajemen laba
dengan creative accounting. Karena akuntan adalah pihak yang paling berperan untuk
mengatasi praktik di dunia bisnis. Sedangkan manajemen laba
merupakan permasalahan
moral yang paling penting bagi profesi akuntansi.
Bagi investor sebaiknya berhati-hati dalam pengambilan keputusan
bisnis, tidak
hanya terfokus pada informasi laba, tetapi juga mempertimbangkan
informasi non
keuangan, seperti keberadaan mekanisme internal perusahaan.
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian yang sama
dengan
metode pengukuran yang lain misalnya untuk Corporate
Governance diukur dengan
Indeks
Corporate Governance. Begitu juga dengan data
penelitian hendaknya diambil
melalui satu jenis industri (homogen).
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin. 2005. Peran Akuntan Ddalam Menegakkan Prinsip
Good Corporate Governace
Pada
Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspetif Teori Keagenan).
Universitas Diponegoro, Semarang.
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. 2004. Komisaris
Independen Penggerak Praktik
GCG
di Perusahaan. Jakarta : PT Indeks
Kelompok Gramedia.
Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi
Pengaruh Mekanisme Corporate
Governace
dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.
Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Ermayanti, Dwi. 2009. “Kinerja Keuangan Perusahaan”. Dalam
http://www.dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/14/kinerjakeuanganperusaha
n/kuliah-akuntansi.htm
Haryono, Slamet. 2005. Struktur Kepemilikan Dalam
Bingkai Teori Keagenan.
UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol. 5,
No. 1, Februari
2005 : 63 - 71.
Herawaty, Vinola. 2007. Peran Praktek Corporate
Governance Sebagai Moderating
Variable
dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan.
Universitas Trisakti, Indonesia.
Hery. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta : Kencana.
Irfan, Ali. 2002. Pelaporan Keuangan dan
Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi.
Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Isnanta, Rudi. 2008. Pengaruh Corporate
Governance dan Struktur Kepemilikan
Terhadap
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Skripsi FE Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.
Kajola, Sunday O. 2008. Corporate Governance and
Firm Perfomance : The Case of
Nigerian
Listed Firms. Department of Accounting,
Olabisi Onabanjo University,
Nigeria. European Journal of Economics, Finance and Administrative
Sciences.
Prasetyantoko, A. 2008. Corporate Governance
Pendekatan Institusional.
Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme
Corporate
Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi X, IAI, 2007.
Wijaya, Tony. 2009. Analisis Structural Equation
Model Menggunakan Amos.
Yogyakarta : Universitas Atma Jaya.
Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika
Multivariat Terapan. Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yohana, Denny dan Warnida. 2008. Pengaruh Konsentrasi
Kepemilikan, Klasifikasi
Industri,
Pertumbuhan dan Risiko Terhadap Leverage Perusahaan Publik Di
Indonesia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Zarkasyi, Wahyudin. 2008. GCG Pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan dan Jasa
Keuagan
Lainnya. Bandung: Alfabeta.
www.idx.co.id/MainMenu/Emiten/BondIssuer/FinancialReport/tabid/300/lang/enUS/lan
guage/en-US/Default.aspx
www.iicg.org/glosarium
www.kesimpulan.com/2009/04/praktek-manajemen-laba.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar